Kamis, 29 Januari 2009

Minggu kemaren serasa mimpi....

empat diantara Lima sekawan (minus Tatiet) bersama Ulin dan Ulan


Dinner 3'rd anniversarynya Erlis & Yoko, ceritanya disana kita ketemu gank gemblunk yang lain...seru abiss....

Seminggu kemaren saya sengaja mengambil cuti dari kegiatan sehari-hari, ya ngojek, ya masak, ya umbah-umbah, ya setrika...secara, profesi saya yang sungguh mulia ini memang mengharuskan saya mengerjakan pekerjaan standart Ibu Rumah tangga (yang baik dan manisss....qiqiqi).

Saya sengaja men cuti ken diri untuk berbagai macam keperluan, yang pertama dan utama adalah menjadi wakil dari keluarga kecil saya untuk bersilaturahmi sekalian menjenguk kerabat yang sakit. Kebetulan, 2 hari sebelum keberangkatan saya dikhabari bahwa Om Zaenal, adik ipar almarhum Bapak saya, dirawat di RS Tebet karena kadar gula yang tinggi (penyakit langganan keluarga saya, bahkan nama keluarga yang tadinya DM-singkatan dari Djojo Martono pun oleh para sepupu diplesetkan menjadi DM - Diabettes Melitus) dan gagal ginjal serta perdarahan pada lambungnya. Satu lagi kerabat yang akan saya sambangi adalah Mbak Yanthi yang kisah ketegarannya menghadapi kankernya sudah saya ceritakan pada postingan sebelumnya.

Namun, serta merta mendengar rencana saya mendatangi ibukota ternyata tak disia-siakan oleh sahabat saya kelompok Lima Sekawan untuk ketemuan, entah bagaimana caranya. Jadilah, Ernutlah yang mengatur semuanya,dari kapan saya harus ketemu dengan dia dan sohib-sohib saya yang lain...Ernut pula yang membuat jadwal pengisi hari singkat saya di ibukota...
Alhasil, hari kelima di Jakarta maka sayapun bertemulah dengan Ernut dikantornya yang kebetulan jaraknya tak sampai sepelemparan batu dari rumah keluarga Mbak Yanthi. Selanjutnya bisa diduga, acara saya padat sekali, dan itu semua sudah diatur dengan manis oleh sohib saya si Ernutwati.

Begitupun ketika hari Minggunya kami meluncur ke kota Bandung, sampai disana kita sudah disambut oleh Ika dan Milut, dua sahabat kami yang lain...bagaimana tidak histeris cuba' ?...lebaii bgt nggak sih...Cerita saya di Bandung bisa diintip disini, asyik banget beibehh....

bergaya sejenak di ruang kerja Ernut

3 putri kandung YangTi dan 3 anak pungutnya..., hak warisnya sama...(sapa bilang ? kata ernut...Huuuuh!)

wis pantes jadi juragan akik...

Begitulah, acara seminggu kemaren sungguh tak pernah terbayangkan bakal kejadian, secara, memang tak direncanakan jauh-jauh hari sebelumnya. Memang, Allah sangat mencintai saya, Allah telah memberikan banyak cinta untuk saya, melalui para kerabat dan sahabat saya...Inikah, cinta Allah yang jelas-jelas ditunjukkan untuk saya, kali ini ? Saya yakin, masih banyak lagi yang akan Allah berikan untuk menunjukkan rasa cintaNya kepada saya, baik berupa kebahagiaan-kesenangan maupun cobaan dan ujian...Bukan begitu, kawan ?

Seminggu kemaren layaknya mimpi, pertemuan dengan Om Z dan tante Ning, Mbak Enny, Mbak Sri Nad, Mas Bas, Dewi dan Najla. Pertemuan sejenak dengan dian dan Pram, dengan Mbak Yanti Jockie. Empat hari yang indah bersama Mbak Yanthi dan 3 boys nya, Mbak SriMurdi, Jeng Lala dan Mas Aar, lengkap dengan cucu-cucu yang memanggilku Eyang Ayik ( sudah eyang-eyang lho saya...), dengan keponakan yang manis si Bidadari dan Angel putri kembarnya Bu Tri...Oh, so sweet.....

Yah, dan hidup mesti harus tetap mengalir seperti air...Seperti hari ini, saya kembali menjadi Ayik yang ibunya Karin dan Aizs, yang istri daripada Bapak Karyadi...menjalankan kembali rutinitas seperti seharusnya, dengan ikhlas dan penuh rasa syukur...

Terima kasih ya Allah, untuk sahabat-sahabat yang baik, untuk kebahagiaan ini, untuk mereka yang saya cintai dan (saya yakin) juga mencintai saya....

So, special thx to ibu gemblung Indonesia

Sabtu, 24 Januari 2009

Cintaku untuk Mbak Yanthi



bersama Mbak Yanthi Sulitiono



Mbak Yanthi adalah sepupu saya, dia adalah putri dari Pakdhe Sunardi DM, kakaknya almarhum Bapak saya.

Sudah hampir 9 tahun ini tubuhnya didera penyakit kanker payudara stadium entah berapa...yang jelas, kedua payudara harus diangkat, secara medis dokter sudah angkat tangan. Mbak Yanthi akhirnya malah bersahabat dengan kankernya...

4 hari saya lalui bersamanya, melihat bagaimana dia mengatasi rasa sakit yang setiap kali datang mendera tubuhnya....Sebagai adik tentu saya sedih banget melihat Mbak Yanthi berjuang mengatasi rasa sakit itu...diam-diam saya suka buru-buru masuk ke kamar mandi dan menyusut air mata ketika melihatnya meringis menahan nyeri yang tiba-tiba datang diarea dadanya...Tapi Mbak Yanthi tak pernah kudengar mengeluh, menyesali ataupun merutuki nasibnya, sungguh dia sangat tegar, seperti Mbak Yanthi yang aku kenal selama ini...


Mbak Yanthi yang selama ini aku kenal adalah orang yang sangat-sangat dinamis, aktif, sportif dan selalu berpikiran positif kepada siapa saja....Lihat saja, siapa coba yang menduga kalau usianya sudah akan memasuki setengah abad, tahun ini. Dan jangan pernah membayangkan dia hanya tidur berbaring menahan sakitnya..., meskipun minim sekali, dia tetap berusaha melakukan apa saja sendiri...berjalan kekamar mandi bahkan ke ruang makan yang jaraknya tak sampai 10 meter, walau sesudah itu dia akan segera kembali keranjangnya dengan wajah lelah menahan sakit dan mual...Kalau sudah begitu dia akan bilang " Ini dia eng-ing-eng nya datang lagi..."

Dia tetap Mbak Yanthi yang dulu, tetep rame, tetep penuh canda, penuh tawa dan penuh cinta...semangatnya untuk tetap hidup dan sembuh adalah pengobat segala sakitnya. Diantara menahan rasa nyerinya dia masih sempat berdandan lengkap ( sendiri ) dengan maskaranya setiap kali habis dimandikan...

Mbak Yanthi yang saya kenal tak pernah berubah, canda dan cintanya tak pernah berkurang untuk kami orang-orang yang mencintainya. Aku melihat bagaimana Mbak yanthi dikelilingi oleh mereka yang sangat-sangat mencintainya...Sungguh, Mbak Yanthi sangat beruntung karena begitu banyak orang-orang yang mencintai dan mendoakan kesembuhannya.


Mbak Yanthi selalu berkata bahwa sakitnya ini adalah rahasia Tuhan, penebus segala dosanya untuk kelak kembali suci...


Mbak Yanthi, aku cinta...




Saya, bersama Mbak Yanthi dan Mbak Yanti Jockie


si kecil Tata, Mbak Lala, Mbak Yanthi , DeeBe DeeBaa dan saya yang maniss...


Jumat, 16 Januari 2009

tragis


pagi ini kubuka hati
meski tak berjendela
apalagi berpintu
tapi, kubuka jua untukmu

kehidupan ini bukan prasasti
Bukan
bukan batu tempatmu
sesuka hati mencoretkan
huruf-huruf kenangan dan angka-angka
yang berpendar-pendar diotakmu


ah, kau
seperti pecinta alam yang kehilangan muka
kala segenap bebetuan di gunung telah serempak memalingkan muka, darimu
tragis...!!

(kau usap keringat didahiku,
lambat-lambat
kau kecup dahiku,
lamat-lamat
seakan kau tak ingin
aku terbangun karenanya)

Des'86

foto by Winda Presti

Rabu, 14 Januari 2009

Reuni gambar caleG


Hajatan pemilu legislatif tahun ini agaknya akan menjadi fenomena politik baru yang akan kita alami, karena citarasanya (halahhh...) tentu saja berbeda jauh dengan pemilu legislatif 5 tahun lalu. Sementara orang (juga saya) mulai gerah dengan bertaburannya aneka gambar caleg yang pemasangannya sungguh acakadut tak mempedulikan norma-norma keindahan dan ketertiban.

Namun, di ajang kampanye pemilu legislatif tahun ini sepertinya akan saya nikmati dengan beberapa 'kejutan"...Mmmmm, kejutan ? kejutan apa maksudnya ?
Kamsudnya, saya memang beberapa kali dikejutkan ketika menatap gambar-gambar caleg di beberapa baliho, rontek, poster dan stiker yang hampir tiap hari saya temui di penjuru kota, baik di kota Solo maupun di kota Karanganyar. Satu kali mata saya tertuju pada sebuah gambar perempuan cantik berjilbab di sebuah baliho raksasa di ujung sebuah perempatan, sebut saja namanya Dra. Unauni,MM....Lhah, saya merasa kok pernah mengenal seraut wajah bundar nan manis itu, siapa ya ?...Ooooo, baru saya ingat bahwa dia adalah teman saya di SD N Dagen 1 Jaten dulu....Eaalah....si perempuan itu yang dulu saya panggil "kunyil" (karena badan dan mukanya sungguh bulet dan mendut2 item ) sekarang sedang mencoba peruntungannya untuk men jadi caleg dari sebuah partai besar di negeri ini...sapa menyana sapa mengira cubak...? Sungguh, sejak melihat baliho itu, ingin rasanya menemui atau setidaknya mengkontak konco SD saya yang sudah berpisah sekian tahun lamanya. Mungkin tidak sekarang..., nanti saja kalau dia sudah jadi wakil rakyat saja...haiyya....

Kali lain, saya melihat satu wajah yang tak asing buat saya lagi-lagi terpampang di sebuah baliho juga, dan itu ternyata wajah teman SMP yang dulu tiap hari selalu bertengkar sama saya karena dia suka usil menarik pita rambut saya sampai terlepas dari ekor kuda....He'eh, teman yang dulu saya kenal sebagai teman laki-laki yang nakal,super duper usil tapi cerdas dan pintar rupanya juga akan mengadu nangsibnya menjadi seorang wakil rakyat.

Sejak itu, setiap kali melihat alat kampanye bergambar selalu saya sempatkan mengamati sapa tahu saya kenal dengan wajah-wajah calon wakil rakyat itu...Qiqiqi...kurang kerjaan banget dah...
Hikmahnya, kampanye caleg kali ini ternyata bisa jadi ajang merangkai kembali kenangan dan cerita lama dengan kawan lama...

BTW, saya mau investigasi dulu ah...cari kontaknya Dra.Unauni,MM aliaas si "kunyil"...qiqiqi...


Senin, 12 Januari 2009

susuH manuK...


Susuh manuk itu kemudian terjatuh,
nyaris terinjak kaki-kaki tak kenal kasih,
nyaris tergilas roda-roda yang lewat
nyaris...

siapa yang salah ?
bocah mbeling tukang plintheng kah ?
atau angin ribut semalam ?

tepekur aku, membayangkan sang piyik yang bingung terpanggang nasib
bayangkan sang induk kalut mencari anaknya nan rindu suapan bunda

dimanakah bunda ?
dimana pula piyik ku ?
tinggal susuh berbalut debu, didepan roda sepedaku...


ket:
piyik : anak /bayi burung

Pertanyaannya, ketika hampir menggilas susuh manuk ini saya sempatkan upyek mencari para piyik penghuninya, dan tidak ketemuu....kemana gerangan ? pasdut kah ? atau jangan2, sedang dinikmati bocah mbeling sebagai piyik goreng...hhkkk...hkkk...teganyaa...teganyaa...

Rabu, 07 Januari 2009

gazebo = gubug penceng

gubug penceng, nama barunya

Akhir-akhir ini saya pikir-pikir saya terlalu mengekspose gazebo dalemBadran, sebuah bangunan kecil permanen tempat keluarga kami biasa bersantai di dalemBadran. Jangan-jangan gazebo kami ini dibayangken sebagai suatu tempat indah dan mewah kayak yang sering ada di spa-spa ataupun resto bergaya sunda atau jawa itu...waah...sebenarnya itu tak terlalu benar lho, kawan. Gazebo kami ini cuma bangunan terbuka 3 x 3,5 meter yang materialnya dari kayu glugu (batang pohon kelapa), bentuknya sederhana, wong ketika akan membangunnya kami tak menggunakan jasa arsitek ataupun desain eksterior kok. Saya cuma menunjukkan kepada tukang saya gambar yang saya dapat dari sebuah tabloid, sembari sedikit memberikan ular-ular, saya mau begini mau begitu ditambah usulan si Bapak disana dikasih ini disini dikasih itu...begitulah. Akhirnya, jadi jugalah gazebo impian kami ini, meski dengan tampilan ala kadarnya, namun untuk sementara kami puasss karena tercapai cita-cita lama untuk membuat sebuah tempat bersantai keluarga yang nyaman dan mempesona...wakakak...

Bangunan climen berlantai dak beton ini dibungkus dengan lantai keramik motif kayu, tadinya mau sekalian berlantai kayu tapi karena berbagai pertimbangan (utamanya biaya), maka niat itupun diurungkan. Si Bapak menambahkan ornamen cap tapak dedaunan disepanjang cor-coran pondasi gazebo, idenya lagi-lagi dari tabloid Rumah. Kolam parit mengelilingi gazebo lengkap dengan pancurannya. Tak lupa sabuah waterwall sengaja didirikan tepat didepan gazebo ini yang airnya menerus mengalir ke kolam parit. Pokoknya, diusahakan area ini menjadi area yang nyaman buat leyeh-leyeh kapanpun kita mau.

Apalagi YangTi telaten menanami ini itu sehingga tak lama kemudian area seputar gazebo ini menjadi area hijau menyegarkan dengan aneka tumbuhan tropis dan liar. Kesannya tak terpelihara padahal memang disengaja...ehhh...nggak dhing ! Ternyata, di bangunan sederhana ini pulalah kami menemukan banyak hal. Betapa kami sangat menikmati mempunyai sebuah bangunan seperti gazebo ini, tercatat begitu banyak kegunaannya, diantaranya;
  1. tempat anggota keluarga menerima tamu dalam jumlah banyak, dan diprediksikan menghadirkan kehebohan (baca: kebisingan)
  2. tempat saya menerima tamu yang ingin curhat pribadi sembari bebas mau nangis atau guling2an bahkan njengking sekalipun tanpa khawatir malu pembicaraan kami disadap oleh penghuni rumah yang lain, suara curhat kami akan tertelan oleh suara gemericik pancuran disepanjang kolam parit yang mengelilingi gazebo
  3. gazebo ini difungsikan juga sebagai tempat anak-anak belajar dan les dengan guru privatnya
  4. tempat paling nyaman buat leyeh-leyeh sambil membaca, melamun ataupun tidur beneran asal siap dirubung nyamuk
  5. paling pas juga jika hari panas kita rujakan disini sembari menangkap angin lewat
  6. tempat paling halal buat temannya anak-anak menggarap prakarya tanpa khawatir mengotori ruang di area dalam dalemBadran yang selalu diusahaken terjaga kerapihan dan kebersihannya
  7. tempat paling top buat njemur kasur dan bantal
  8. cukup hening untuk melakukan shalat tahajjud dan wiridan ditengah malam
Tapiii...., setelah saya cermati, lama-lama saya kok malu menyebut space paporit keluarga ini sebagai gazebo yah ? rasanya, kok lebih pas jika sebutannya saya ganti dengan nama Gubug Penceng saja...apik ta ? gubug adalah sebuah bangunan sederhana bersahaja yang biasa ada dikampung2 bermateri utama bambu atau kayu glugu, sedangkan penceng lebih menggambarkan keadaan sebuah bangunan sederhana yang hampir ambruk...Apakah gazebo saya memang hampir ambruk ? ya enggak lahhh yaa...., saya cuma pengin memberi nama manis buat gazebo saya ini yang mengesankan kesederhanaan dan keluguan ( seperti sebutan Ernut buat saya, si lugu kepara rada gemblung)

melukis, membaca, main dakon, ngrumpi, klekaran...qiqiqi


lotisan time


ngariung sembari ngemil





waterwall di hadapan gubugPenceng, tembok bata ekspose dibelakangnya penghalang pandang mata dari area jemur dan cuci


foto diambil dalam posisi 'klekaran' di gubugPenceng


jalan refleksi menuju paviliun di belakang

" Dengan membaca Bismillahirohmanirohim, saya nyataken daripada mulai saat ini gazebo ini diberiken nama daripadanya adalah GubugPenceng.." Gong 3x


kala mentari menyapa hati,pagi ini






ingin ku selamatkan hati, sejak dulu
tapi tak kunjung datang keberanian itu
mungkin aku takut akan bayang-bayang (mu)
dalam gelap ketika kabut berkelebat

tak kunjung datang sapa mentari
yang selalu kutunggu
melibas bayang burukmu,suatu pagi

kini aku tahu,
seandainya dulu aku belajar berani,
seandainya dulu aku tak takut sendiri
seandainya dulu aku tak terburu-buru
seandainya aku tahu rasa sakit itu

pagi ini, kala mentari menyapa hati
bulat tekat untuk menjadi lebih baik
selamat datang hari baru
selamat datang pencerahan


ilustrasi:
potret fajar di waduk lalung

Selasa, 06 Januari 2009

Ada apa di kebun Mbah Kung ?


Mbah Kakung adalah kakeknya anak-anak alias Bapak mertua saya. Diusianya yang sudah senja beliau masih aktif berkegiatan fisik, yaitu berkebun. Alhamdulillah, Allah selalu memberikan kesehatan yang lumayan prima untuk Mbah Kung, mengingat banyak rekan-rekan seumuran beliau yang sudah terlihat jompo bahkan beberapa sudah terbaring dalam stroke, malah tak sedikit yang sudah mendahului dipanggil oleh Allah.

Mbah Kung punya sepetak tanah, luasnya tak sampai 2000 meter yang difungsiken sebagai kebon, dengan bercanda Mbah Kung menyebut kebon ini sebagai kantor nya. Jadi kalau pagi-pagi mau berangkat ke kebon, Mbah Kung pamitan ke Mbah Uti , " Aku ngantor dulu ya..."
Letak kebon Mbah Kung ini kira-kira 7 km dari dalemNglano, kediamannya. MbahKung pergi ke kebon berteman motor tua nya. Biasanya di kebon ini MbahKung umyek sendiri berteman kambing, menthok dan ayam yang suka berkeliaran masuk ke kebon MbahKung.
Pada akhir pekan atau hari libur, sesekali kami putra-putrinya turut menemani MbahKung, membantu Mbahkung ngabuk (memupuk) aneka tanaman yang ada, menyirami kebon dengan mendatangkan beberapa tangki air yang terpaksa harus dibeli kala musim kemarau memanjang, juga menikmati hari santai dikebon MbahKung ini sembari rujakan, lotisan ataupun memancing lele peliharaan si empunya kebun.

Dipinggir kebun ada rumah pakdhenya anak-anak, ada rumah Pakdhe Hari (putra ke 3) dan rumah Pakdhe kopong (putra ke 6), sehingga kami cukup kerasan dikebun ini. Kalau sudah ngumpul dan ngariung, wah rasanya enggan untuk pulang...ayem tentrem disana, apalagi berteman sanak saudara yang guyub rukun...semoga Allah selalu menjaga kami semua dalam kehangatan ini.Amin .

Kebon ini adalah penghiburan tiada tara buat Mbah Kung dalam menikmati hari tuanya, sehingga kami sangat-sangat bisa mengerti bahwa cinta Mbah Kung kepada kebonnya sama besarnya dengan cinta beliau kepada Mbah Uti, 8 putra-putri, 8 menantu, dan 19 orang cucu.
Semoga MbahKung dan Mbah Uti, tiyang sepuh junjungan keluarga besar HatmoPrawiran ini senantiasa dikaruniai panjang yuswa, sehat wal afiat. Amin Ya Robbal Alamin

Sore ini, saya sengaja menemani MbahKung di 'kantor' nya dan ini ada beberapa gambar menarik yang sayang bila tak dibagi kepada teman-teman...


satu kolam dipenuhi enceng gondok


pohon jeruk sambelpun rajin berbuah, buah dan daunnyapun laku dijual...


kolam yang ini penuh lele


pohon rambutan mungil, masih 'anak-anak' tapi buahnya bo', jadi rebutan anak-anak


buah sarikaya bakal rebutan para cucu


gubug reyot ini nyaris ambruk, tempat menyimpan pupuk dan alat berkebun


pohon singkong, tumpangsari diantara pohon melinjo

kandang kambing milik Dhimas & Dinda

Stock kayu bakar Pakdhe Hari

tungku kayu bakar masih setia digunakan biarpun sudah dapat pembagian kompor gas konversi mitan...



Sumur timba, airnya anyesss...


Anggurpun genit berbuah...


Bayem liar siap di sayur bening...


dhapuran pring dipinggir kebun


gunung Lawu dilihat dari arah belakang kebun MbahKung


pelangi sore ini



dan sepasang menthok pun bercintalah...