Jumat, 29 Mei 2009

Pangeling-eling



Pusara MbahUti, sesaat setelah pemakaman, masih gundukan tanah bertabur bunga...


Alunan Shalawat Badar mengawali ujub kirim doa untuk arwah MbahUti, satu tradisi yang lazim dilakukan ketika ada warga yang meninggal di kampung kediaman beliau, Nglano, Pandeyan, Tasikmadu...

Sebelum dibacakan ayat-ayat suci, para jemaah mengalunkan Shalawat Badar...nadanya yang mendayu membuat hati kami yang ditinggalkan mbahuTi serasa nelangsa...namun segera kami sadar bahwa ketika takdir tak bisa ditunda apalagi ditolak...maka hanyalah keikhlasan hati pilihan terbaiknya.

Shalatullah salamullah, 'ala Thaha Rasulillah
Shalatullah salamullah, 'ala Yasin Habibillah

Tawasalna bibismillah, wa bilhadi Rasulillah,
wa kulli mujahidin lillah, bi ahli badri, ya Allah

Ilahi sallimil ummah, minal afaati wa niqmah
wa min hammin wa min ghummah, bi ahli badri, ya Allah

Ilahi-ghfir wa akrimna, binaili mathalibi minna
Wa daf'i masaa-atin 'anna, bi ahli badri, ya Allah


Namun ada satu hal yang menarik buat saya, setelah Shalawat Badar dilantunkan kemudian disambung dengan senandung lagu berikut dengan syair dari bahasa jawa ngoko...Melodinya sama persis dengan Shalawat Badar...:

Alhamdulillah kula memuji, kathah umat kang padha lali
Duh pra kanca Islam sedaya, mumpung isih ana ngalam ndonya

Disalini mori putih, tumpakane kreta bandhosa
Jujugane omah guwa, omahe ra ana lawange

Diurugi anjang-anjang, tangga dulur padha nyawang
Duh Allah susahe ati, wong mati mangsa wurunga

Marang Allah kang Maha Suci, Marang Allah kang Maha Suci
Jaler estri anom lan tuwo, gelem ora bakale lunga

Yen wis budhal ra bisa mulih, lan rodhane para manungsa
Tanpa bantal tanpa klasa, turu dhewe ra ana kancane

Diurugi disiram kembang, karo nangis kaya wong nembang
Badan siji digawa mati, kabeh mahkluk kalayan rata...

Buat saya tembang ini adalah pangeling-eling (pengingat) , betapa ketika takdir datang berupa kematian yang bisa kita lakukan hanya berserah dan bersiap...dari sekarang...Betapa siksa kubur digambarkan, betapa kita menjadi tak berdaya meskipun ketika masih hidup kita adalah manusia yang jumawa...

Tembang sederhana diatas mengingatkan kita akan kepastian datangnya kematian yang kita tak pernah tahu akan kapan waktunya...bisa 40 tahun lagi kala kita sudah makin renta, bisa 15 tahun lagi kala saya berharap sudah menimang cucu dari anak saya, bisa seminggu lagi, bisa 4 hari lagi, bisa besok..atau sesaat sehabis saya mempublish posting ini...

Siapa tahu ? bukankah itu mutlak rahasia sang pemilik waktu ?

Tak seorangpun tahu...tak seorangpun dapat menghindar dari takdir itu...ketika dia datang dan menjemputmu...Yang kita bisa hanyalah bersiap, mencari bekal, sangu berupa amal, dari sekarang...

Ya Allah, ingatkan saya untuk segera bertaubat....
ingatkan saya untuk segara menimbun bekal amal...
Ya Allah, mohon ampunkan segala dosa...


Pusara MbahuTi, ketika kami nyekar sore harinya...







Kamis, 28 Mei 2009

selamat jalan MbahuTi...


tengah malam , menyusuri selasar panjang dan lengang
derit roda ranjang membawa tubuhmu,
doa terlantun mengiringi diammu, Ibu

hati dan jiwamu seperti terbawa angin dingin malam itu,
tangan-tangan lemah kami tak henti menyentuhmu,
menjagamu dari segala kemungkinan itu,
ingin kami pegang erat selalu...jiwa dan ragamu
agar tak segera berlalu cinta itu...

namun,
sebesar apapun cinta kami anak cucu,
ternyata cinta Allah lebih besar dan dahsyat padamu, Ibu...
tubuh rentamu tak kuasa melawan takdir itu,
tangan malaikat lebih kuat menjamahmu,
dan menarik segenap sukmamu pergi jauh dan jauh...

( kudengar sayup-sayup gending "pegatsih")

Ibu, MbahuTi...
inikah arti rahasia Allah kali ini ?
kita dipisahkan kendati kita saling mencinta ?
cinta MbahYut sepanjang hayatnya...
cinta MbahKung yang telah terbukti oleh 54 tahun perjalanan cintanya
cinta 8 putra putri dan menantu..
cinta 19 cucu...
cinta kami tak cukup kuat untuk menahanmu tinggal,
cinta Allah dalam kuasa takdirnya ternyata mahadaya cinta yang ada...

Ibu, MbahuTi...
kendati cinta kami tak sebanding dengan cinta penciptaMu, pemilikMu
ijinkan kami putra putrimu,
mencium takzim penuh cinta
sebagai salam perpisahan...

kami ikhlaskan kepergianmu dalam khusnul khotimah
senyum penuh cintamu terpahat dihati kami semua,
biarkan kami menyimpannya selalu...
selamanya...

selamat jalan Ibu,
sugeng tindak MbahuTi..

cinta kami, selalu...


menghantar kepergian :
Ibunda dari Bapak Karyadi, ibunda mertua saya,
nenek dari Karin dan Aizs.

Yang telah berpulang Rabu dinihari kemaren, pukul 05.00 wib
tanggal 27 mei 2009



Senin, 25 Mei 2009

pagi indah di Kembangan



Pagi itu saya bangunkan Karin dan Aizs, saya sudah merencanakan untuk mengajak anak-anak menjemput fajar di sawah belakang rumah Bulik saya di kampung Kembangan, Sumberejo, Mertoyudan, Magelang..

Karin dan Aizs semula underestimate ketika saya ajak bertandang ke sawah dekat makam Mbah Buyut..mereka nampak ogah-ogahan. setengah memaksa, saya ajak mereka...Mereka pikir, pemandangannya gak jauh beda dengan sawah depan dalemBadran ...Tentu saja berbeda dong dengan sawah depan rumah Nak.....

Hari masih gelap ketika kami bertiga menapaki jalan mendaki menuju persawahan itu, masih licin karena hujan semalam, masih pekat embun menggelayut diantara dedaunan..Sambil berjalan saya ceritakan kepada anak-anak kenangan manis saya semasa kecil, dimana saya biasa mandi...di blumbang belakang rumah Mbah Liyas, atau di blumbang ditengah areal persawahan..cerita dramatis tentang penyelamatan saya oleh Bulik Endang ketika saya terpeleset dan nyaris tenggelam di blumbang itu (kalau sampai gagal waktu itu, Ayik cuma tinggal nama...) juga cerita-cerita lucu saya bersama kawan-kawan kecil saya di desa ini...Suasana pagi dingin itu cair ketika mereka ketawa mendengar cerita konyol dan jahil dari Ibunya...senengnyaa...

Ketika kaki menapak di area persawahan yang memang agak lebih tinggi dari area pemukiman, seketika saya dengar teriakan Karin....., katanya " Ibuu....bagus banget...", padahal kami baru melihat pemandangan yang ini...




Pemandangan sawah yang masih diselimuti kabut gelap pegunungan, matahari masih malu-malu mengintip dari balik punggung gunung Merapi dari kejauhan...



Tak berapa lama
terbitlah mentari genit dari balik punggung gunung itu, silhouete pohon kelapa ditengah areal persawahan ini memberikan sensasi romantis ya......? setuju ?



misteri matahari terbit terkuak lewat gambar alam seperti ini....wuaaah....indah sekali...Tampak dikejauhan Gunung Sindoro...



Pemandangan indah ini tak pernah saya janjikan untuk anak-anak, sebelumnya. Sesaat setelah kami menyaksikan atraksi alam maha indah, yang keluar dari mulut kami hanya "Subhanallah..."



Gunung Sindoro dan Sumbing nampak gagah..., seperti patron lukisan pemandangan yang sering kita buat waktu masih TK ya......Ada dua gunung, ditengahnya ada hamparan sawah...pohon kelapa....



Di sawah inilah Ayik kecil kerap ndherek Mbah Kakung...menggarap sawah, menggelar tikar di gubuk kecil, minum air degan (kelapa muda) yang dipetik langsung dari pohonnya, menikmati makan siang rantangan yang dikirimkan MbahUti......lalu ikut membonceng ketika Kang Sangsang (tenaga upahan Mbah Kakung) membajak sawah dengan kerbau.....Duuuh....kenangan masa kecil yang manis....



Lho....itu kok ada bayang-bayang seorang gadis kecil dihamparan tanah persawahan ? siapa ya kira-kira ?

Seperti tak bosan-bosannya melihat view sawah yang berbeda dari yang mereka lihat di depan dalemBadran sehari-hari , siangnya mereka sampai tiga kali bertandang kembali ke persawahan itu tanpa saya.....Tuh kan, nagih...deh....











Jumat, 22 Mei 2009

Mega, kakak yang tak pernah kutemui


Wajah Mas Mega, foto dibuat 1 minggu sebelum kepergiannya...
Lihat, tangannya melambai, pertanda ia segera pergi



Bapak dan Ibu bersama Mas Mega, anak lelaki yang dibanggakannya...


Sepanjang umurku aku dibesarkan sebagai anak tunggal dari Bapak Ibuku...Namun sejatinya aku bukan anak tunggal adalam artian ontang-anting (jawa : anak yang dilahirkan tunggal), karena Ibu saya sebelumnya pernah melahirkan seorang bayi laki-laki yang sayangnya umurnya tidak panjang. Dia adalah kakak saya, namanya Mega Adityawarman.
Lahir di Magelang, 2 Mei 1964, 1 tahun setelah pernikahan Bapak dan ibu. Mas Mega tumbuh menjadi bayi yang menggemaskan, bisa dilihat dari foto-fotonya...namun sayang, Allah berkehendak lain, setahun umurnya, tepatnya 30 Mei 1965 Allah mengambilnya kembali kepangkuaNya, setelah sehari semalam bayi Mas mega didera dehidrasi karena muntaber...Sesal berkepanjangan dan kecewa mendera hati kedua orang tua saya tercinta ketika bayi Mega yang menggemaskan direnggut paksa dari pangkuan mereka...namun takdir tak bisa dihindari...akhirnya Bapak dan ibu saya harus mengikhlaskan kepergian putra mereka tercinta.

Tak lama kemudian, Allah kembali menitipkan nyawa dirahim Ibu saya, dan tahun berikutnya lahirlah saya...Setelah kelahiran saya, Ibu saya dua kali mengalami hamil namun berakhir dengan keguguran...walhasil, Bapak dan ibu akhirnya harus puas dengan hanya bisa mengasuh saya sebagai putri tunggalnya sampai sekarang...

Sebagai anak tunggal kadang saya merasa kesepian juga. Melihat bagaimana hangatnya hubungan teman-teman dengan saudara-saudara , kakak dan adiknya, seringkali membuat saya iri dan kepengin sekali punya saudara seperti mereka. Ada yang belain kalau ada yang nakal, ada yang bantuin kalau kita lagi membutuhkan....Apalagi saya dikelilingi keluarga besar dari pihak Bapak (14 bersaudara) dan dari Ibu (10 bersaudara)...

Sangking kepenginnya punya kakak, ketika saya duduk di bangku SMP, saya nekat mencari bentuk kakak imajiner dalam angan saya...Saya mencoba mencitrakan "sebentuk" kakak dengan basic Mas Mega, almarhum...dalam bayangan saya, kakak saya itu cakep banget, berkulit bersih, berbadan tegap tinggi besar, seperti Bapak saya...
Malam-malam, saya menulis di diary saya, saya bayangkan saya lagi bercerita segala hal kepada Mas Mega...padahal melihat ujudnya pun saya belum pernah...lha kok mencoba-coba membayangkan wajahnya...qiqiqi...tapi yang saya rasakan, ketika saya meyakini ada sosok kakak laki-laki saya didekat saya, kok hati saya merasa tenang dan tenteram...halaah.....

Tapi yang ini memang nyata, satu malam saya pernah bermimpi didatangi oleh sosok laki-laki yang saya yakini itu adalah Mas Mega, mimpi ini saya abadikan dalam sebuah puisi di diary saya...So sweet yaa...begitu rindunya saya kepada sosok kakak...


Ini puisi yang saya buat tahun 1988

ketika aku berdiri satu hari
terasa ada yang datang
mengetuk hati
mengelus rambut rapuhku
merengkuhku
dan menenggelamkan wajahku didadanya
dalam-dalam
jemarinya yang kuyup,
tak lagi terasa kaku
tapi aku tahu, ia telah membeku
setidaknya, buatku

pro: mega adityawatman
di 30 Mei, ditahun kedukaan kami

Tahun 1990 an di TVRI ada tayangan drama televisi " Jendela Rumah Kita" saya mencoba membentuk citra Mas Mega laksana sosok Jojo yang diperankan oleh Dede Jusuf...qiqiqi...nekat banget ya..., saya lantas mengidolakan Dede Jusuf...Parah banget dah...



pernah jadi idola saya...., sekarang wagub Jabar...


Nah, kemaren dalam kunjungan singkat saya ke Magelang, saya sempatkan untuk nyekar ke makam kakak saya tercinta, kakak yang tak pernah saya jumpai....Mega Adityawarman...Saya bawa anak-anak ke makam almarhum pakdhenya, saya ajak mereka berdoa untuk almarhum Pakdhe Mega...

Mas, semoga Allah menempatkanmu dalam ketenangan di sisiNya.
Aku tahu, engkau senantiasa ada
buat aku...



makamnya tak terawat...hkhkhk...hkhkhk...

Karin & Aizs, berdoa untuk almarhum Pakdhe Mega...



( Note: malamnya setelah paginya kami nyekar, saya bermimpi didatangi oleh sosok yang saya yakini Mas Mega...sayangnya wajahnya sungguh tak jelas sehingga saya tak bisa mengenalinya...tapi itu bukan wajah Dede Jusuf, tentunya....)

Posting ini didedikasikan untuk Mas Mega, kakak yang tak pernah aku jumpa...


Magelang, kampung kelahiran...



Magelang, tak dapat dipungkiri adalah sebuah nama yang akan selalu melekat erat sepanjang hidup saya. Kalau harus mengisi biodata, tempat dan tanggal lahir, pasti Magelang selalu disebutkan...

Kemaren, dalam kesempatan sehari di Magelang, saya sempatkan untuk mengunjungi tempat-tempat yang buat saya cukup bersejarah...Secara umum, saya melihat kota Magelang ini tidak banyak berubah sejak kepindahan saya tahun 1974 ke Solo, suasananya masih seperti saya kecil dulu. Masih adem, sejuk dan bersih...

Tempat-tempat dimana saya sempatkan untuk napak tilas itu ini diantaranya...

Kompleks Panca Arga, disinilah saya dilahirkan 43 tahun yang lalu. Ketika Bapak saya yang sorodadu masih berdinas di Akmil...


Ini foto saya Agustus 1972, waktu masih di TK Tjempaka VI Magelang. Tempat pertama kali saya mengenal bangku sekolah....


Ini foto saya kemaren, dilokasi yang sama. Nama Tk sudah diubah menjadi TK Kartika III/13.


SD ini dulu namanya SD Sudirman II. Sekarang SDN Gelangan 5-6. Saya pernah bersekolah disini sampai kelas II, maklum anak sorodadu seringkali harus pindah-pindah sekolah mengikuti tugas ortu. Sepanjang hidup saya sudah berpindah SD sampai 3 kali...


Ini foto saya tahun 1970, masih 4 tahun. Didepan asrama kesatuan Bapak, Yon Kav 2 Serbu. Saya tepat didepan mas-mas yang paling tinggi itu...mudah dikenali kan ? kan sudah manis sedari kecil...qiqiqi.....Weleh, pada kemana ya teman-teman kecil saya ini sekarang ?


Ini foto di lokasi yang sama sekian puluh tahun kemudian.......


Ini penampakan asrama YonKav 2 Serbu yang sekarang menjadi Asrama Yon Armed...Dulu didepan asrama ini, sepanjang jalan berderet pohon kenari tua. Saya suka banget nyari jatuhan buah kenari, kalau sudah ngumpul terus di pukulin pakai batu sampai pecah kulit kerasnya...trus daging buahnya yang cuma seiprit itu dicuthiki pakai lidi langsung dimakan...waaa......kalau ingat itu terasa lucu banget....
Banyak sekali pengalaman menyenangkan sebagai anak kolong yang aku rasakan ketika tinggal di sini...yang pastinya tidak dirasakan oleh anak-anak lain yang bukan anak tentara...

Hampir setiap pulang sekolah, bersama anak-anak kolong lainnya saya pasti main-main dilapangan dekat asrama. Mainannya ya aneka prasarana yang setiap hari buat latihan fisik para tentara ini. Diantaranya seperti gambar-gambar dibawah ini, halang rintang ,jembatan goyang, barikade kawat berduri...kesannya macho sekali mainan ku waktu itu ya....




Aizs seneng banget bisa ngerasain mainan Ibu nya waktu kecil.....berasa anak sorodadu....




Selasa, 19 Mei 2009

saya, ibu dan ular


Hari ini hari kedua saya ditinggal YangTi ke Magelang. Dan hari ini ada kejadian yang bikin saya sempat kalangkabut.. Tadi pagi, setelah semua penghuni rumah berangkat ke sekolah dan tempat kerja, saya yang sudah merampungkan semua pekerjaan sejak subuh bermaksud duduk membaca di sofa ruang keluarga.

Seperti ada yang nggak beres dipenjuru sebelah kiri saya, saya tengok ke kiri ke kanan, tidak ada siapa-siapa. Tapi kok bulu kuduk serasa berdiri, mengkirig...ada apa ini ? feeling saya mengatakan ada yang gak beres...Tuh kan, dari ekor mata saya melihat bayangan berkelebat halus dekat pundak (saya duduk bersandar di sofa)...dan sodara-sodara....ada ular kecil warna hitam loreng coklat panjang sekitar 30cm nangkring di sandaran sofa kayu tempat saya duduk, tak sampai sedepa jaraknya dari pundak saya....

Spontan saya beranjak dari sofa itu, pengin berteriak saking paniknya...pikiran saya langsung rumit...Lalu saya ingat pada sebatang galah yang biasa diletakkan YangTi diteras samping, saya ambil galah bambu itu, lalu saya ambil ular yang lagi nyantai itu pelan-pelan dengan batang bambu itu...saya bawa pelan-pelan ke depan gerbang rumah trus saya lempar ke sawah....

Waaa........., saya jadi ingat YangTi, Ibu saya...karena kalau saja ada beliau sekarang pasti saya sudah ngumpet jauh-jauh dari ular itu....saya paling takut dan jijik sama yang namanya ular. Kalau sama binatang yang lain yang tak kalah njijiki macam kecoak, cicak, tikus atau ulat berbulu mah saya masih berani....asal jangan sama reptil yang satu ini...nggak banget deh...


Sedangkan YangTi, wolohhh...beliau mah raja tega kalau sama yang namanya ular, dengan gagah perkasa dan tenang pasti beliau akan segera mengambil senjata andalannya, kalau gak batang bambu itu ya arit atau bendo...Ular yang berani-berani masuk rumah saya bisa dipastiken keluar dalam keadaan tak bernyawa....oleh YangTi, Ibunda saya tercinta.
Kalau didekat-dekat rumah ada ular YangTi selalu iseng meneriaki saya " nDhuuukkkk....ana ula ki..., mrenea..." Dan bisa dipastikan saya akan menjauh dari TKP, kalau perlu masuk kamar dan saya kunci dari dalam pintunya. Gak mau keluar kamar kalau YangTi belum memastikan ularnya pergi atau terbunuh...sadis ya...

Dan hari ini, dalam keadaan panik jantung berdegup kencang tiba-tiba saya ingat ibu saya....saya pengin berteriak..." Ibuuuu...ada ular...". Memang, YangTi adalah superhero buat saya...

I miss U, Ibu




TKP dari mana saya melempar ular itu ke sawah


di sawah ini ular saya kembalikan kehabitatnya, dalam keadaan hidup...


Minggu, 17 Mei 2009

jawab tanya mengapa


mengapa aku tak merasa perlu marah
ketika malam itu kau bangunkan aku
untuk membuatkanmu mie rebus

karena perutmu berbunyi kriuk-kriuk

mengapa aku tak merasa perlu kesal
ketika pagi ini tak kau habiskan sarapanmu
karena waktu tak keburu, katamu

mengapa aku tak merasa perlu gundah
ketika seharian kau nampak tak peduli segala hal
saat kau tenggelam kedalam duniamu sendiri,
m'xit, game,friendster,feacebook,sms,
ngobrol berjam-jam ditelepon sambil cekikikan

mengapa aku tak merasa perlu malu
ketika kau bilang aku nampak tak pantas

dengan baju yang aku pakai hari ini
tidak gaul, katamu


mengapa aku tak merasa harus sedih

ketika kulihat kau tak bergeming
saat aku minta kau melakukan sesuatu untukku...


mengapa aku tak merasa perlu gusar
ketika semua menjadi serba salah
karena PMS mu datang hari ini

mengapa aku tak merasa perlu meledak
ketika ku dengar kau putar lagu kesukaanmu keras-keras
meski aku sungguh tak suka iramanya...

mengapa aku tak merasa perlu gusar
ketika aku lihat satu diantara kalian
ngambek dan menangis
sehabis pertengkaran siang ini...

kini aku tahu jawabannya
karena itu adalah saat-saat indah kebersamaan kita
ketika waktu berpacu membuktikan cinta , diantara kita
aku tahu ini tak akan lama
karena cepat atau lambat kalian akan pergi
dari dekapan hangatku


saat itu akan segera tiba

ketika satu persatu jalinan takdir
menarikmu dari genggaman tanganku


aku tahu,

aku akan sangat merindukan saat-saat itu

saat-saat ketika aku tak merasa perlu marah atau terganggu...


karena aku tahu, kau pun tahu
cintaku padamu tetap utuh
dan sempurna
selamanya...
meski kita tak lagi bersama...

kelak aku pasti akan merindukan,
saat-saat kau bangunkan aku suatu pagi,
saat-saat kau ikut kemanapun aku pergi,
saat-saat kau peluk tubuhku erat,
saat-saat kau rebahkan kepala didadaku,
saat-saat kau cium pipiku,

dan bisikan kalimat terindah...

" aku sayang Ibu..."





( Ya Allah, beri aku waktu lebih lama lagi

untuk kedua cahaya hati yang terindah
:
Karin dan Aizs )


Kamis, 14 Mei 2009

terjePit



nempel, nyempil dan terjepit...



duhhh.....merana banget deh...


Pemandangan ini saya dapati di pojok perempatan Pasar Pon, persimpangan antara Jalan Slamet Riyadi dengan Jalan Gatot Subroto, masih di jantung kota Solo. Tepatnya lokasi ini dulunya gedung bioskop Ura Patria (UP) .
Apa coba yang menarik dari gambar bangunan ini ?, ini adalah kompleks ruko yang bangunannya boleh dikata baru, langgam arsitekturnya merujuk pada gaya klasik atau kolonial atau apa ya, saya gak begitu paham dengan gaya arsitektur sebuah bangunan. Tapi coba perhatikan, ada sebuah bangunan tua yang nyempil diantara bangunan model baru itu...Langgam arsitektur bangunan lawas ini adalah gaya oriental atau pecinan, ya itu...Toko Emji itu...Lucu ya ?

Seingat saya, toko Emji sudah ada sejak saya masih dibangku SD sekitar tahun 70an, toko ini dulu terkenal sebagai tempatnya agen berlangganan koran dan majalah juga aneka kalender...Kalau saya nggak salah ingat, bangunan ini sudah ada sejak almarhum Bapak masih kanak-kanak ( tahun 1940 an)...Jadi bangunan ini mungkin kira-kira usianya sudah hampir 70 tahunan. Melihat penampakannya yang kokoh dan agak dipaksakan , agaknya bangunan ini adalah korban negosiasi yang gagal dari pemilik bangunan dengan calon pembelinya (investor ruko disebelahnya).

Sungguh nggak tahu mau bilang apa, antara prihatin melihat satu persatu bangunan kuno di kota budaya ini yang kalah terkikis oleh lajunya pembangunan...dan gemes karena menyaksikan Toko Emji yang nampak terpaksa terjepit diantara bangunan baru itu...

Seandainya toko Emji ini bisa bicara, mungkin dia akan mengumpamakan dirinya sebagai anak itik buruk rupa ditengah sekawanan angsa putih yang cantik.

Melihat ini, serasa gimanaaa.....gituh....

Punya pengalaman tentang terjepit ?




Rabu, 13 Mei 2009

kumat lagi...

Jangan salahkan saya kalau hari ini saya kumat lagi. Saya ini memang banci kumat. Kali ini kumatnya kecil-kecilan saja...(lha kalau kumat besar-besaran yang kayak apa ?). Melihat sekeranjang botol bekas yang sudah dikumpulkan YangTi untuk pemulung, saya jadi pengin membuat sesuatu...

Akhirnya, saya pilih botol-botol bekas itu, ada beberapa botel bekas selai, kopi instant juga botol bekas saos tomat. Saya cuci bersih, terus dikeringkan.. Lalu saya isikan kedalamnya pasir laut yang sudah diwarna, selang-seling warnanya supaya lebih indah...J

Jadinya seperti ini...



Masih belum puas ? Tunggu, kalau tak ada pasir laut, bisa juga diisi aneka bijian seperti : kacang-kacangan-kacang hijau-kacang tholo-kedele putih atau hitam, asal jangan kacang goreng yaa....Bisa juga variasi beras merah, ketan hitam atau beras putih biasa. Pastikan kompisisinya tepat agar menjadi indah .

Jadinya seperti yang ini :



Tutup rapat tutupnya (horokk), berikan hiasan sekedarnya, bisa pita atau kain tule yang serasi. Endingnya bisa ditambahkan pernik apa saja. Pada gambar diatas saya tempeli lagi dengan sebentuk bintang laut...

Cantik kan ?

Masih ada lagi, karena boring melihat pigura foto keluarga yang polos, saya ambil aneka jamu-jamuan kering punyanya YangTi. Saya tempel sana-sini, jadinya seperti yang ini...


Pigura polos menjadi cantik setelah ditambahkan ornamen alami, aneka jamu-jamuan. Back to nature...

Benar-benar kumat yang menyenangkan...
Kapan kumat lagi yaa....?



Senin, 11 Mei 2009

fatamorgana kering


fatamorgana kering sudah,
ketika angin lewat tak membawa hujan
ketika hujatan dan makian menjadi lagu tak berakhir,

mencari kambing hitam bernama kesalahan

fatamorgana kering sudah,
ketika pembenaran yang kau punya
agaknya
berlaku kapan saja
kau mau

fatamorgana kering sudah,
ketika hati kecilmu mengingkari ini


coba lihat,
apa ini masih bisa disebut hati ?
ketika dia tak lagi merah segar,

seperti yang pernah kau tawarkan berbilang tahun lalu

coba dengar,
apa masih terrekam sumpah putihmu kepadaku...

lalu buat apa,

kau biarkan luka ini menganga,

miris ketika kurasakan

miris ketika kusaksikan


coba rasakan,
masih adakah cinta yang pernah kau tawarkan dulu,
21 tahun lalu...

(perjalanan cinta 18 Juli 1988)


Dompet culuN



Kalau ditanya tentang benda kesayangan yang nggak pernah lepas dari diri saya, mungkin saya akan menjawab bacaan ,apapun itu ( tabloid,majalah, buku, koran dsb), kaitannya dengan hobi utama saya yaitu membaca...
Tapi bila ditanya lagi benda apa yang nyaris tak pernah lepas dari tubuh saya (selain pakaian yang saya kenakan, tentu saja), ya ini lho...dompet kecil tempat saya menaruh aneka kebutuhan saya..


Selain untuk wadhah Hp, inilah isi dompet culun itu....




Dompet cinta itu....(yang item sudah pensiun, karena ruitsletingnya sudah dol...hkkk...hkkk, padahal saya cinta banget...)


Karena terdiri dari dua bilik, maka saya bisa nyaman menyimpan Hp saya, juga aneka dokumen pribadi seperti ATM,KTP, SIM,STNK dan flashdisk...
Bentuk dompet saya selalu seperti ini, sederhana dalam bentuk dan penampilan, malah terkesan culun. Warnanyapun wajib yang netral, bisa coklat ataupun hitam, supaya matching bila dipadukan dengan baju warna apapun...Dompet saya ini sebenarnya tak pantas disebut dompet, kalau anak-anak menyebutnya dompet culun. Seorang ipar malah lebih sadis , dia menyebutnya gembes gombrek ...gembes dalam bahasa jawa ndesa artinya dompet. Sedang gombrek mengacu pada kata kumal,jelek,kumuh....

Berhubung saya ini orangnya teledor, maka saya selalu memasang tali gantung pada dompet culun saya, supaya bisa mengalungkannya keleher saya dengan nyaman dan aman...
Saya selalu PD memakai dompet kecil ini dengan cara dikalungkan...
Beberapa teman sempat berkomentar, ada yang bilang begini..." Kamu ini, sudah tuwir kok ya nggak nyebut, mbok ya yang elegant gitu kek milih dompetnya. Kok ya digandhulke kayak ABG saja..."

Lha ning piye ya ? wong saya ini orangnya suka slordigh, kalau naruh benda kecil seringkali lupa dan tertinggal. Satu hari saya pernah mau nggaya, saya pakai dompet trendy khas ibu-ibu yang digenggam itu lho, saya jalan ke sebuah mall yang lagi menggelar sale...Badalah, tak sampai 15 menit saya sudah rumit karena lupa naruh itu dompet genggam ditumpukan pakaian di dalam boks sale. Akibatnya ributlah pasukan saya dibantu beberapa pramuniaga mencari sang dompet...Ketemu juga sih akhirnya, tapi yang lain sudah pada ngomel-ngomel gara-gara kelamaan ngaduk-aduk boks sale buat nyarinya....(padahal, dompet itu sebenarnya gak ada isinya...hehehe...wong duit dan dokumen pribadi saya kantongi disaku celana...hahaha...pan saya cuma mau gaya-gayaan...)


Ini nih, penampakan saya yang terekam kamera dalam berbagai kesempatan bersama dompet culun saya,

Biarpun dompet culun saya nya tetep manis ta ?



Nggak percaya ? dompet culun tidak mengurangi kadar manis saya kan ?



Sudah pakai tas gaul, masih pula kalungan dompet...Tapi kok ya tetep manis ya ? (ketok2 meja)


Ini penampilan pagi ini dalam pakaian dinas, dompet culun siap menemani saya ke pasar


Begitulah...bentuk dompet culun saya nyaris selalu begitu-begitu saja, standar dan sederhana...mungkin ini menggambarkan kepribadian saya yang hemat, cermat dan bersahaja...(halaah malah kayak Dasa Darma Pramuka...) tenan ikiiii....Harganya juga yang murce saja, bahkan saya tak peduli apa merknya, asal nyaman dipakai, ringan digantung dileher dan cukup diisikan aneka benda-benda pribadi saya. Akhir-akhir ini saya sudah dua kali berganti dompet culun ini dari sebuah merk yang berlogo kucing...

Beberapa teman punya kebiasaan , kalau bepergian keluar kota atau keluar negeri akan memberikan oleh-oleh dompet. Tapi dompet yang diberikan biasanya tidak sesuai dengan saya suka seperti yang ini, jadi dompet oleh-oleh biasanya saya simpan sebagai koleksi, atau saya oper kepada kerabat yang membutuhkan. Melalui posting ini, saya ingin menghimbau kepada teman-teman yang mau ngasih saya dompet, plis, tolong usahakan ya yang bentuknya seperti yang ini...yang kayak dompet culun ini...

Lagian, siapa sih yang mau ngasih saya dompet lagi ? GR amat yak...qiqiqi


Jumat, 08 Mei 2009

Pasar jemuwaH

Setiap hari Jum'at, dari pagi hingga tengah hari, disekitaran alun-alun Karanganyar dekat dalemBadran selalu digelar Pasar Jum'at. Pasar tiban yang hanya ada setiap hari Jum'at saja. Banyak pedagang tiban yang menggelar dagangan disana. Banyak juga pengunjungnya, masyarakat sekitar, pegawai yang olahraga pagi sembari mengolahragakan isi dompetnya.

Saya suka muter-muter di arena Pasar Jum'at ini...tidak selalu harus membeli, wong jalan-jalan sambil melihat-lihat saja sudah cukup menghibur hati...



ada yang jual kremikan alias camilan begini...



juga baju-baju batik cantik yang murce

ada juga mebel rotan...


pernak-pernik penghias rumah...

Ibu-ibu menjajakan penganan, lauk dan jajanan...


Ini dia, yang jual jamu didalam bemo...Bemo nya itu lhooo, sudah langka...

Kamis, 07 Mei 2009

sudah...






sudah kulakukan semua yang harus kulakukan,
sudah kuberikan semua yang harus kuberikan,
sudah kusaksikan semua yang harus kusaksikan,
sudah kudengarkan semua yang harus kudengarkan,
sudah kurasakan semua yang harus kurasakan,

adakah yang lebih sakit dari ini, Tuhan ?
masih bolehkah aku meminta,
berikan aku keadilanMu...

Senin, 04 Mei 2009

kumat lagi...

Jangan salahkan saya kalau hari ini saya kumat lagi. Kali ini kumatnya kecil-kecilan saja...(lha kalau kumat besar-besaran yang kayak apa ?). Melihat sekeranjang botol bekas yang sudah dikumpulkan YangTi untuk pemulung, saya jadi pengin membuat sesuatu...

Akhirnya, saya pilih botol-botol bekas itu, ada beberapa botel bekas selai, kopi instant juga botol bekas saos tomat. Saya cuci bersih, terus dikeringkan.. Lalu saya isikan kedalamnya pasir laut yang sudah diwarna, selang-seling warnanya supaya lebih indah...J
Jadinya seperti ini...



Masih belum puas ? Tunggu, kalau tak ada pasir laut, bisa juga diisi aneka bijian seperti : kacang-kacangan-kacang hijau-kacang tholo-kedele putih atau hitam, asal jangan kacang goreng yaa....Bisa juga variasi beras merah, ketan hitam atau beras putih biasa. Pastikan kompisisinya tepat agar menjadi indah .

Jadinya seperti yang ini :



Tutup rapat tutupnya (horokk), berikan hiasan sekedarnya, bisa pita atau kain tule yang serasi. Endingnya bisa ditambahkan pernik apa saja. Pada gambar diatas saya tempeli lagi dengan sebentuk bintang laut...

Cantik kan ?

Masih ada lagi, karena boring melihat pigura foto keluarga yang polos, saya ambil aneka jamu-jamuan kering punyanya YangTi. Saya tempel sana-sini, jadinya seperti yang ini...


Pigura polos menjadi cantik setelah ditambahkan ornamen alami, aneka jamu-jamuan. Back to nature...

Benar-benar kumat yang menyenangkan...
Kapan kumat lagi yaa....?