Selasa, 30 September 2008

SekarLawu berlebaraN


dihari nan istimewa ini, kala takbir dan tahmid berkumandang, kala anak-anak berlarian gembira sambil membakar petasan, kala para Ibu sibuk menghidangkan rangkaian ketupat dan opor ayam, para Bapak sibuk menyiapkan ruangan silaturahmi....

dari dalemBadran, kami keluarga Karyadi mengucapkan :


Selamat Idul Fitri , 1 Syawal 1429 H

Minal aidin wal fa idzin
Mohon dimaafkan segala kesalahan kami, lahir dan bathin.
Semoga Allah senantiasa melimpahkan rahmatNya untuk kita semua.
Amin ya Robbal Alamin...

Selasa, 23 September 2008

Biarkan mengalir seperti air...

Seorang pria mendatangi seorang Guru. Katanya, "Guru, saya sudah bosanhidup. Benar-benar jenuh. Rumah tangga saya berantakan. Usaha saya kacau.Apapun yang saya lakukan selalu gagal. Saya ingin mati."

Sang Guru tersenyum, "Oh, kamu sakit."

"Tidak Guru, saya tidak sakit. Saya sehat. Hanya jenuh dengan kehidupan. Itu sebabnya saya ingin mati."

Seolah-olah tidak mendengar pembelaannya, sang Guru meneruskan, "Kamu sakit. Dan penyakitmu itu bernama, 'Alergi Hidup'. Ya, kamu alergi terhadap kehidupan."

Banyak sekali di antara kita yang alergi terhadap kehidupan. Kemudian, tanpa disadari kita melakukan hal-hal yang bertentangan dengan norma kehidupan. Hidup ini berjalan terus. Sungai kehidupan ini mengalir terus, tetapi kita
menginginkan keadaan status-quo. Kita berhenti di tempat, kita tidak ikut mengalir. Itu sebabnya kita jatuh sakit. Kita mengundang penyakit. Penolakan kita untuk ikut mengalir bersama kehidupan membuat kita sakit.

Usaha, pasti ada pasang-surutnya. Dalam berumah-tangga, pertengkaran kecil itu memang wajar. Persahabatan pun tidak selalu langgeng. Apa sih yang abadi dalam hidup ini? Kita tidak menyadari sifat kehidupan. Kita ingin
mempertahankan suatu keadaan. Kemudian kita gagal, kecewa dan menderita.
"Penyakitmu itu bisa disembuhkan, asal kamu benar-benar bertekad ingin
sembuh dan bersedia mengikuti petunjukku." kata sang Guru.

"Tidak Guru, tidak. Saya sudah betul-betul jenuh. Tidak, saya tidak ingin hidup." Pria itu menolak tawaran sang Guru.

"Jadi kamu tidak ingin sembuh. Kamu betul-betul ingin mati?"

"Ya, memang saya sudah bosan hidup."

"Baiklah. Kalau begitu besok sore kamu akan mati. Ambillah botol obat ini. Malam nanti, minumlah separuh isi botol ini. Sedangkan separuh sisasnya kau minum besok sore jam enam. Maka esok jam delapan malam kau akan mati dengan tenang."

Kini, giliran pria itu menjadi bingung. Sebelumnya, semua Guru yang ia datangi selalu berupaya untuk memberikan semangat hidup. Namun, Guru yang satu ini aneh. Alih-alih memberi semangat hidup, malah menawarkan racun.
Tetapi, karena ia memang sudah betul-betul jenuh, ia menerimanya dengan senang hati.

Setibanya di rumah, ia langsung menghabiskan setengah botol racun yang disebut "obat" oleh sang Guru tadi. Lalu, ia merasakan ketenangan yang tidak pernah ia rasakan sebelumnya. Begitu rileks, begitu santai! Tinggal 1 malam, 1 hari, dan ia akan mati. Ia akan terbebaskan dari segala macam masalah.

Malam itu, ia memutuskan untuk makan malam bersama keluarga di restoran Jepang. Sesuatu yang tidak pernah ia lakukan selama beberapa tahun terakhir. Ini adalah malam terakhirnya. Ia ingin meninggalkan kenangan manis. Sambil makan, ia bersenda gurau. Suasananya amat harmonis. Sebelum tidur, ia mencium bibir istrinya dan berbisik, "Sayang, aku mencintaimu." Sekali lagi, karena malam itu adalah malam terakhir, ia ingin meninggalkan
kenangan manis!

Esoknya, sehabis bangun tidur, ia membuka jendela kamar dan melihat ke luar. Tiupan angin pagi menyegarkan tubuhnya. Dan ia tergoda untuk melakukan jalan pagi. Setengah jam kemudian ia kembali ke rumah, ia menemukan istrinya masih tertidur. Tanpa membangunkannya, ia masuk dapur dan membuat 2 cangkir kopi. Satu untuk dirinya, satu lagi untuk istrinya. Karena pagi itu adalah pagi terakhir, ia ingin meninggalkan kenangan manis! Sang istripun merasa aneh sekali, "Sayang, apa yang terjadi hari ini? Selama ini, mungkin aku salah. Maafkan aku, sayang."

Di kantor, ia menyapa setiap orang, bersalaman dengan setiap orang. Stafnya pun bingung, "Hari ini, Bos kita kok aneh ya?" Dan sikap mereka pun langsung berubah. Mereka pun menjadi lembut. Karena siang itu adalah siang terakhir, ia ingin meninggalkan kenangan manis! Tiba-tiba, segala sesuatu di sekitarnya berubah. Ia menjadi ramah dan lebih toleran, bahkan menghargai terhadap pendapat-pendapat yang berbeda. Tiba-tiba hidup menjadi indah. Ia mulai menikmatinya.

Pulang ke rumah jam 5 sore, ia menemukan istri tercinta menungguinya di beranda depan. Kali ini justru sang istri yang memberikan ciuman kepadanya, "Sayang, sekali lagi aku minta maaf, kalau selama ini aku selalu merepotkan
kamu." Anak-anak pun tidak ingin ketinggalan, "Ayah, maafkan kami semua. Selama ini, ayah selalu tertekan karena perilaku kami."

Tiba-tiba, sungai kehidupannya mengalir kembali. Tiba-tiba, hidup menjadi sangat indah. Ia mengurungkan niatnya untuk bunuh diri. Tetapi bagaimana dengan setengah botol yang sudah ia minum, sore sebelumnya?

Ia mendatangi sang Guru lagi. Melihat wajah pria itu, rupanya sang Guru langsung mengetahui apa yang telah terjadi, "Buang saja botol itu. Isinya air biasa. Kau sudah sembuh. Apabila kau hidup dalam kekinian, apabila kau
hidup dengan kesadaran bahwa maut dapat menjemputmu kapan saja, maka kau akan menikmati setiap detik kehidupan. Leburkan egomu, keangkuhanmu, kesombonganmu. Jadilah lembut, selembut air. Dan mengalirlah bersama sungai kehidupan. Kau tidak akan jenuh, tidak akan bosan. Kau akan merasa hidup. Itulah rahasia kehidupan. Itulah kunci kebahagiaan. Itulah jalan menuju ketenangan."

Pria itu mengucapkan terima kasih dan menyalami Sang Guru, lalu pulang ke rumah, untuk mengulangi pengalaman malam sebelumnya. Konon, ia masih mengalir terus. Ia tidak pernah lupa hidup dalam kekinian. Itulah sebabnya,
ia selalu bahagia, selalu tenang, selalu HIDUP!

Have a positive day!

Salam Inspirasi,

www.inspirasiindonesia.com

Senin, 22 September 2008

Sudah tradisi...

Sudah menjadi tradisi dari tahun ke tahun, setiap menjelang lebaran begini si Ibu manis ini selalu tak ketinggalan mengumyekkan diri dengan berbagai persiapan menyambut datangnya hari nan fitri ini. Hari dimana diprediksikan di dalemBadran akan menerima kedatangan para tetamu yang berkunjung bersilaturahmi, makanya...sajian aneka kue buatan sendiri selalu hadir di meja tamu kami.
Dan kesibukan untuk proyek cookies ini sudah dimulai sejak tiga hari yang lalu, dimulai dengan menimbang aneka bahan sesuai dengan resep yang sudah diugemi dari tahun ke tahun..., bahan ditimbang dan dimasukkan kedalam kemasan plastik kecil seraya jangan lupa dituliskan nama bahan dan takarannya...kamsudnya biar ndhak lupa, soale kalau salah takaran itu kueh bisa saja salah kedaden, bisa mbleber tak berbentuk atau bahkan bantat.Nggak lucu kan ?
Hari keduanya, dimulailah dengan mulai mengadoni aneka bahan sesuai resep. Cemplung ini, cemplung itu, kocok ini ditambah itu, diaduk-aduk sehingga menjadi adonan yang siap cetak. Setelah adonan siap dicetak, maka para pekerja siap mencetak sesuai bentuk yang diinginkan. Untuk supaya para pekerja tak jenuh menghadapi adonan yang terasa tak habis-habisnya, maka area pencetakan dipindahkan ke ruang keluarga tepat di depan TV, supaya mereka bisa enjoy bekerja sambil nonton film kesukaan...


Selanjutnya, kue yang telah selesai dicetak di bakar dalam tungku pemanggangnya sambil tak lupa diingat-ingat kapan harus diangkatnya supaya tidak keburu ...gosong.
Dan inilah hasil akhirnya, aneka kue yang kita buat kali ini: Kastengel,nastar dan putri salju serta kue semprit aneka bentuk. sekarang kue-kue ini siap disajikan dalam wadah toples cantik, siap menyambut kedatangan anda di dalemBadran lebaran nanti....


Sebagian kue ini dikhususkan sebagai hantaran untuk para handai taulan dan orang-orang tercinta...Sudah menjadi tradisi di keluarga kami, ketika kami selalu menerima aneka hantaran, maka menjadi kewajiban pula bagi kami untuk membalasnya. Kapan lagi ? setahun sekali inih....


terima kasih untuk dua perawan kencurku, Karin dan Aizs yang sudah dengan senang hati membantu Ibu melaksanakan proyek tahunan ini. Terima kasih, Nak....I LOVE U

Jumat, 19 September 2008

Kedhisikan den baguS


Alkisah tadi pagi dalam acara sahur dot kom, yang mana si Bapak sudah berringan hati membelikan request kami berupa aneka hidangan dari resto Padang di tengah kota...maka sebelum berangkat tidur, dengan tujuan supaya tak kesusu si Ibu sudah melakukan persiapan. (kayaknya niat banget mau nelat sahur neh...) yaitu dengan meletakken itu aneka hidangan- macem rendang limpa,rendang otak dan kikil, tak lupa daun singkong plus sambel hejonya-kedalam masing-masing mangkuk saji diatas meja makan kami...
Nah ketika kami terbangun untuk sahur, kamsudnya langsung ajah menothol itu menu, secara hari ini cuapek sekalee...,tapi apa yang terjadi sodara-sodara ? Tudung sajinya sih masih dalam keadaan utuh tak bergeser, namun sepotong limpa telah lenyap dari haribaan sang mangkuknya...dengan meninggalkan ceceran kuah rendang disana-sini, di place mat,di taplak meja, dilantai sekitar kursi makan si Aizs...Oh..No...
Karena sudah dilarang suudhon, maka acara makan sahur akan segera dimulai,
Bapak : Lhoh, limpane kok kelong (berkurang)?
Ibu : Tak kira Bapak yang dhahar...
Bapak: Nggak tuh...
Karin : Aku juga nggak, Bu
YangTi: Eyang sudah nyirik santen2an...
Aizs : Ingat, aku belum doyan pedhes...
5 kepala,5 mulut, teriak bareng : Berarti....tikuss...!

Maka, langsung hilanglah selera makan sahur pagi itu. Bagaimana tidak, membayangkan sang Den bagus mengobok-obok mangkuk sayur kami untuk mendapatkan sekerat limpa...kontan aku sisihkan semua hidangan andalan kuliner padang itu...untung masih ada sisa sup sosis yang lagi diangetin YangTi.
Akhirnya, pagi tadi kami sahur dengan Sup sosis dan dadar telur anget-anget, seadanya tapi cukup murakabi. Alhamdulillah.
Sungguh, yang namanya denBagus, kesannya ningrat dan bangsawan, ternyata syungguh tak sopan kelakuannya....

Liding dongeng:
Jangan letakken hidangan dalam posisi standby dimeja makan bila akan ditinggalkan dalam waktu lama, lebih baik disimpan dalam posisi siap diangetin (seperti kebiasaanmu,Yik) diwadahnya, atau masukkan ke lemari thotholan (seperti kebiasaanmu,Yik) yang tertutup rapat.
Sungguh kejadian diluar kebiasaan yang menimbulken efek luar biasa...

Kamis, 18 September 2008

Puun Tetangga


Dihalaman rumah tetangga pohon mangga ini sedang berbuah dengan lebatnya. Aku sudah kemecer ngiler pengin memetiknya, tapi buru-buru ingat bahwa ini pohon bukan milik kita. Jadi kalau nekat memetiknya nanti bisa diteriaki maling dunks!
Entah mengapa, pohon mangga dihalaman rumah kami telat berbuah musim ini.Teman-temannya sudah pating grandhul dengan buah yang ranum, yang dihalaman dalemBadran baru tumbuh putik bunganya. Padahal dari tahun ketahun (sejak berbuah pertama kali tahun 1994) pohon mangga harummanis kami selalu menjadi master piece di gang ini. Bagaimana tidak ? buahnya selalu manis dengan daging yang tebal dan merata...kamsudnya, merata buat semua anggota gang ini. Karena YangTi selalu dengan suka cita membagikan hasil panennya kepada semua tetangga kiri kanan di gang kami ini...Dan kali ini, kami cukup senyum kecut ketika para tetangga berkomentar " Kok mangga YangTi belum mampir ke rumah kami ya..."
Mungkin saja pohon mangga kami kurang siraman, kurang pupuk atau...sudah waktunya dipensiunken, digantikan oleh pohon baru yang diharapken segera menjadi produktif ?...

Selasa, 16 September 2008

Sopo Ngiro...sopo ingsun


Diujung gang menuju dalemBadran ada dua buah warung makan andalan para keluarga dilingkungan kita. Warung makan yang membuat kita tak perlu bingung-bingung kala mentok nggak punya ide mau masak apa hari ini, kala tak ada lagi waktu buat sak-masak makanan hari ini, juga buat kalau lagi iseng pengin sesuatu yang harus masak pakai ribet tapi kumat malesnya...pasalnya...males masak sering kumat-kumatan, tapi males makan kok hampir gak pernah ya...
Nah berkaitan dengan masalah males masak tapi tak males makan itu maka penunjang programa ini adalah adanya dua warmak dekat rumah ini, yang satu namanya BSH (Bersih Sehat Halal) milik Bu Warno dan yang satu lagi namanya Sopo Ngiro (oleh anak2 sering diplesetkan dengan terusannya sapa ingsun, maksudnya Sapa Sira Sapa Ingsun) .Menu andalannya standar masakan rumahan, harga murah terjangkau dan tak kalah BSH dengan warung BSH yang jaraknya cuma 5 meteran didepannya.
Kehadiran kedua warmak ini sangat menunjang kegiatan para ibu yang suka kumat males masaknya, tinggal cling...mak thuing...terhidanglah semangkuk soto, atau sup segar, atau lontong opor, atau brambang asem, juga pecel, dan aneka lauk dimeja makan kita...enak tohh? Apalagi disaat bulan puasa kayak sekarang, terutama warung Sopo Ngiro sangat-sangat membantu para keluarga yang ogah susah-susah menyiapkan hidangan sahurnya. Karena di Sopo Ngiro kita bisa dapat apa saja yang kita mau buat bersahur dalam keadaan fresh from the oven...bagaimana tidak, kita bisa duduk di dapur bu Kasidi sambil menungguinya menggoreng aneka lauk buat pembelinya di pagi buta mulai jam 02.00 dinihari...Jadilah, masalah masakan buat sahur mah gampang...kalau males, tinggal jalan kaki saja ke Sopo Ngiro...

Senin, 08 September 2008

Back to ndesA


Suatu pagi ketika melewati sungai ini, tiba-tiba jauh didasar hati ada sesuatu yang menyuruhku untuk berhenti. Menuruti kata hati, maka berhentilah aku, dan duduk berselonjorlah aku ditepi sungai ini...
Berkontemplasi, menenangkan hati,tujuanku kali ini. Rasanya damai sekali...Pemandangan yang indah, dan suasana yang sepi membuat aku betah berlama-lama disini.

Kadang, hal-hal kecil yang setiap hari kita temui tak cukup membuat kita membagi perhatian pada nya... jangankan berbagi cinta...
Seperti kali ini, hampir tiap hari aku melewatinya, tapi tak sedikitpun aku tertarik mengamati...aku pikir, pemandangan sebuah sungai yang biasa saja...ternyata kali ini aku menikmati sensasi keindahan alam ini...

Subhanallah...

Jumat, 05 September 2008

Suka sendirI


Pembarep Karin, akhir-akhir mulai suka menyendiri, asyik dengan ketak-ketik keypad HP nya. Mungkin ini adalah tingkah wajar usia ABG, yang penting komunikasi dengan anggota keluarga yang lain masih lancar, aman terkendali.
Kadang aku penasaran dengan apa yang tengah dilakukan oleh si gadis ini. Sekedar iseng, diam-diam sesekali kuintipnya...ternyata dia lagi asyik main game Zuma dari hp nya. Oh..oh, tiwas aku sudah deg-degan kalau-kalau dia mulai asyik sms an dengan pacar nya...Pacar ? oh, dia sudah menjelang 16 tahun, mungkin sudah waktunya punya teman dekat...Duuh..., tambah deg-degan neeh...
Kata orang jawa, punya anak perawan ibarat ancik-ancik pucuking eri ( berpijak dipucuknya duri...geli dunk !) , susah-susah gampang. Tapi, Insya Allah dengan didasari pendidikan agama yang baik, minimal kekhawatiran itu bisa sedikit diminamilisir.Dan juga yang nggak kalah pentingnya adalah kedekatan antara ortu dan anak-anak harus terjaga kualitas dan kuantitasnya. Wekks, ibu yang deg-degan...tak perlu berlebihan...akan ada waktunya nanti...semoga semua berjalan baik...

Puyengnya Ibumu...



Puyengnya aku, bila niat mendisiplinkan orang rumah seringkali tak mendapat respon yang baik. Seperti pagi ini,misalnya. Anak-anak selalu meninggalkan tirai shower tergerai tak ditalikan, belum lagi keset handuk yang basah,bacaan dan majalah tidak pada tempatnya, lantai kamarmandi yang becek (padahal sudah ditahbiskan sebagai dry area). Dan setiap kali ditegur jawabannya..."nggak keburu , Bu..." Halah..., akhirnya dengan sedikit (banyak dhing !) ngomel-ngomel ya si Ibu baik hati yang membereskannya. Herannya, itu terjadi setiap hari. Buat yang dengarnya pasti risih juga ya...wakakak.
Tapi entar-entar, kala mereka sudah pergi dari rumah, barulah si Ibu ini nyadar, bukankah sudah seharusnya tugas seorang ibu rumah tangga untuk membereskan apa saja yang belum beres dirumah ini ? kenapa harus menuntut yang lain ? weehh...kamu pikir ini PRT ? wo...
Tapi, ya sutralaah....nggak usah dibikin puyeng, Bu. Turunkan dikit standar disiplinnya, biar nggak makin stress...Wekekek...akhirnya...!

Kamis, 04 September 2008

Jika kau cintaKu


Jika kau cinta ku
pastinya tak kau biarkan tangan menggantung menantikan salammu
Jika kau cinta ku
pastinya tak kau biarkan bantalku basah oleh simbah airmata
Jika kau cinta ku
pastinya hatimu kembali utuh padaku
Jika kau cinta ku
pastinya aku bisa kembali percaya
Jika kau cintaku
pastinya kau ajak aku terbang kemana kau pergi
Jika kau cintaku
pastinya tak kau biarkan daun mengering diatas pasir hatiku

Tapi aku pun masih ragu,
tak cintakah kau padaku
bila tiap hari kau kembali
menemani sepi ( dalam sepi) ku
diam dan menjauh
kau begitu dekat,
tapi begitu jauh...

Rabu, 03 September 2008

Ada yang baru di SekarlawU

Hari ini, sahabat tercintaku yang dulu pernah jadi muridku dalam hal perngeblogan telah berbaik hati mendandani Sekarlawu dengan menambahkan pernak-perniknya seperti link exchange, hit counter (apa ta kuwiiik), foto si cantik berjilbab (sapa ta kuwiik...?), wis pokoke SekarlawU dandan habis, bukan untuk persiapan menyambut lebaran sajah, semata-mata demi kenyamanan para pengunjungnya.
Berhubung si Ibu manis ini lagi maless bener belajar mengupdate tampilan blog, maka selanjutnya mengenai hal2 yang berkaitan dengan ityu aku serahkan abis2an sajah kepada kawan, Ernut.
Bukan begitu, Ernut....? Lho, Nut...Nut..., kamu dimana, aja semaput mung disambati ngono wae kok...
Thank You ya, Nut. Lemah teles, Gusti Allah ingkang mbales. Pak lurah ngasta bedhil, Gusti Allah maha adil...Lho, kok malah parikan.....
BTW, lha kok suwe2 nggladrah ya Ernut ini, apa coba kamsudmu dengan memasang foto si kecil Karin dan fatamorgana foto masa kecilku itu ?....Ada-ada saja...Oh, aku tahu, biar orang2 tahu kalau aku memang manis sedari kecil kan...? wakakak...narsisnaa...
Buat visitors nya Sekarlawu, silahkan klik link blog kita yang lain juga ya...

Selasa, 02 September 2008

Taraweh di Al Muayyad


Dan inilah pelengkap ibadah kita di bulan penuh maghfirah ini. Melaksanakan shalat taraweh berjamaah. Kami sekeluarga melaksanakannya di Masjid Al Muayyad, letaknya ada di blok area RT 03.
Sungguh kami sangat merindukan saat-saat Romadhon seperti ini, suasana yang berbeda dengan bulan-bulan biasanya.Saatnya kita berlomba-lomba memperdalam ibadah, mengumpulkan pahala...juga bersilaturahmi dengan lingkungan dengan lebih intensif.
Selamat datang Ramadhan, akankah aku masih bisa menemuimu kembali tahun depan ?

Padusan ala dalemBadraN


Sungguh aneh anggota keluarga ku ini. Pagi itu dihari terakhir menjelang besoknya masuk bulan Romadhon, yang mana lazim dilakukan ritual padusan, si Bapak mengajak anak-anak membersihkan kolam ikan di sekitaran gazebo di taman belakang.
Mula-mula memang semua berjalan sesuai program, kolam dikeringkan, ikan-ikan diselamatkan, begitu pula dengan aneka jenis tanaman air yang ada. Lalu kegiatan menyikat, menyapu dan membersihkan dasar kolam pun dilakukan.
Namun entah siapa yang usul pertama kali dengan kalimat begini...: " padusan sisan Yuuk...", maka terdengarlah teriakan ribut dari dua gadis dan satu Bapak, kompak : " Ibu, tolong dong ambilin peralatan mandinya...". Hah, maksud Loh ?
Dan, O'o, rupanya kemudian inilah yang terjadi, mereka bertiga main semprot-semprotan sebagai pengganti niat padusan. Yo wis lah, nggak apa-apa, kapan lagi bisa berbasah-basah begini dengan alasan setahun sekali dan dianggap sebagai padusan...wakakak...
Sungguh aneh memang, aneh tapi menyenangkan, senang melihat suasana akrab yang kemudian tercipta...






Tadinya cuma anak-anak yang asyik saling menyiram body, namun tak tahan melihat sensasi efek kesegaran yang dihadirkan, akhirnya Bapakpun turut terlibat dalam acara semprot-semprotan.


Suegerrrnya....mak nyess....

Nyadran




Lazimnya wong jawa, kalau menjelang romadhon pastinnya ada satu ritual yang namanya nyadran atawa ziarah kubur. Berhubung keluarga terdekat yang sudah mendahului kita adalah YangnDan maka kita pun menyadranlah ke sarean YangnDan tercinta, yang letaknya cuma 50mt saja dari gerbang dalemBadran. Meskipun beziarah kubur kami lakukan tak terbatas pada musim nyadran saja, lha wong tiap kali ada waktu dan kesempatan kami bisa saja mak nyiing..mengunjungi makam YangnDan kapanpun kita mau...

Kalau banyak orang memerlukan waktu khusus bahkan budget khusus untuk melakukan nyadran tiap tahunnya, maka kami terhindar dari segala kendala itu. Tidak perlu mengajukan cuti untuk nyadran, tidak perlu ada ongkos transportasi buat nyadran, bahkan tidak perlu memberikan sekedar uang sawur buat penjaga kubur. Karena pemakaman tempat YangnDan bersitirahat dalam keabadian sungguh bebas dari semua itu, tidak ada gerombolan pencari sekedar sedekah seperti area pemakaman diperkotaan.
Sungguh area peristirahatan dan rumah masa depan yang nyaman dan tenang. Makanya tak heran dengan pemikiran YangTi yang sudah inden sejengkal tanah tepat disamping makam YangnDan bakal peristirahatan beliau nanti kalau sewaktu2 kapundhut....
Kadang-kadang aku ngeri dengan pemikiran semacam itu, belum-belum sudah mikir makamnya, bayangin matinya ajah aku sudah mrinding.
Belum siap lahir batin, belum cukup bekal ibadah, belum siap meninggalkan duniawi bak fatamorgana ini...Tapi, apapun, kita harus siap untuk itu. Dari sekarang dong, kapan lagi...?