Senin, 23 Februari 2009

aku berbohong





Aku berbohong jika kukatakan aku tak membutuhkanmu
Aku berbohong kala kau merasa aku menjauhimu
Aku berbohong ketika kubiarkan kau pergi dariku
Aku berbohong ketika kujawab "tidak" untuk pertanyaan, "apakah kamu sedang cemburu?"
Aku berbohong kepadamu ketika kau datang dan aku bilang " aku lagi ingin sendiri,sekarang !"
Aku berbohong, sembari mengusap air mata ini dibalik punggungmu
Mungkin aku sedang berbohong ketika aku bilang, aku tak lagi cinta padamu
Aku jelas sedang tak jujur kala aku bilang aku tak butuh hadirmu

Sekarang, masih bisakah aku jujur...
bahwa, aku sungguh mencintaimu,
aku takut kehilangan kamu
aku masih ingin memaafkanmu setelah semua yang terjadi, kemarin...

(tapi kamu sudah terlanjur terluka, dan pergi....)


Senin, 16 Februari 2009

Saya, puisi dan puisi saya




Beberapa kali saya mengunggah sebuah puisi dalam blog ini, selalu ada yang nanya " Mbak, ada apa ini ? ", bahkan Ernut pernah sms saya berkaitan dengan sebuah puisi yang saya unggah, " horok Yik, kowe ngapa ?"
Mungkin saya memang terkesan celelekan, cekikikan, pergemblungan dan imaje aneh lain. Tapi entah kenapa dibalik saya yang aneh ini ternyata masih ada sisi lain yang membuat saya sepertinya menjadi merasa asing pada diri saya sendiri. Aneh ya ? Apalagi kalau sudah berhubungan dengan yang namanya puisi. Terlepas dari entah apa definisi tentang sebuah puisi itu. Buat saya, sebuah puisi bukan hanya sekedar untaian kata penuh melo drama. Bisa tentang sebuah rasa suka cita, duka bahkan rasa yang kadang tak terdeteksi apa namanya.
Membuat puisi bukan hal yang mudah buat saya. Padahal duluuuuu...ketika saya masih muda (baca remaja), rasanya membuat puisi itu gampang sekali, apalagi ketika saya lagi merasakan yang namanya ceblok dhemen (jatuh cinta), juga ketika patah hati, atau ketika merasakan haru biru karena peristiwa tertentu. Puisi-puisi ( karena cinta dan kecewa) mengalir begitu rancak dari lubuk hati yang terdalam. Halaah....Dan puisi-puisi itu bisa tergores dimedia apa saja, bisa diselembar kertas tissue, kertas ulangan, surat cinta, diktat kuliah atau dibalik secarik karcis bioskop yang baru saja saya tonton bersama sidia...qiqiqi....

Tapi kini, ketika otak (dan hati) tuwir ini sudah jenuh dan sesak terjejali aneka problema hidup yang tak mudah dislemur, eh...kok naluri berpuisi tiba-tiba mati....
Makanya suka terheran-heran sendiri ketika mak bedunduk ada sebuah rangkaian kalimat yang saya unggah diblog ini yang menurut saya tak pantas disebut puisi tiba-tiba menuai apresiasi, meskipun sekedar koment bernada simpati tentang perasaan hari ini terkait dengan diunggahnya sebuah puisi...

Ah, buat saya, hidup ini adalah puisi tak pernah henti...

(jadi ingat jargon TA TV, tradisi tak pernah henti....qiqiqi...)


Sabtu, 14 Februari 2009

barangkali



barangkali benar ada yang runtuh

di sini, hari ini

terasa menyakitkan, dan luka yang menganga

barangkali benar tak perlu ditangisi

ketika bersama almanak

dia jatuh, satu. satu

dan itu adalah hatiku

barangkali benar,

ya, barangkali benar

: yang namanya barangkali, selamanya tidak akan pasti


Rabu, 11 Februari 2009

jalan jalan modal nekat


Nun 3 hari ini Karin si pembarep libur sekolahnya, konon karena di sekolah ada ujicoba UAS untuk murid kelas XII. Di hari kedua liburnya Karin menagih janji untuk jalan-jalan kesebuah tempat yang namanya Perkebunan Teh Kemuning. Hwokeh sajah, sebagai Ibu yang manis dan tak suka berbohong (Insya Allah), saya penuhi janji saya pada Karina. Lalu kita berduapun meluncur berboncengan kearah timur. Tempat yang kami tuju ini letaknya kira-kira 29 km dari dalem Badran. Terletak di kecamatan Ngargoyoso, sebuah kecamatan dilereng barat Gunung Lawu. Perjalanan kami tempuh tak sampai 30 menit, itupun karena si MX saya pacu dengan santai sajah, tak perlu ngebut, hari masih pagi, masih banyak waktu.

Medan yang terjal dan berliku membuat perjalanan kami tak menjemukan, melewati perkampungan penduduk yang kini menjadi OKB sebagai petani anthurium alias si emas hijau, melalui pemandangan alam yang mempesona...indah banget dah...

Dan, lihatlah, hamparan perkebunan teh bagaikan permadani alam yang maha indah...


Subhanallah, indah sekali pemandangan yang tersaji didepan mata kami. Sejauh mata memandang tersaji hamparan hijau kebun teh. Bentuk bukitnya mirip piramida. Jangan pernah menyangsikan siapa "pelukis" pemandangan hijau nan indah ini.

Sayang pagi ini kabut masih tebal menyelimuti. Saya lirik jam tangan saya, jam 08.30, tapi bekas embun dipucuk teh belum juga mengering. Hawa dingin pegunungan memberi nuansa segar didada....halahhh...

bahkan Karin pun bisa merasakan sensasi brrrrrr.......angin gunung yang basah menerpa=nerpa wajah manisnya...


Lihat, perdu teh inilah terhampar menjadi permadani hijau diperbukitan kemuning, menjelma menjadi sebuah lukisan alam yang indah....
dan ini adalah bunga dari pohon teh itu, nyepruk, kuning, menggoda

Kami juga menyaksikan geliat para pekerja pemetik pucuk daun teh yang tengah menyetor hasil petikannya kepada mandor dari pabrik teh PT. Rumpun Sari kemuning.

Sudah tanggung ketika kami berniat pulang, tiba-tiba saya terniat untuk sekalian saja mengunjungi Candi Ceto.Letaknya tak lebih dari 3 km dari perbukitan teh kemuning ini. Hanya saja medannya yang menanjak tinggi dan curam membuat saya dan Karin agak ragu-ragu. Naik-nggak-naik-nggak, akhirnya, sebagai Ibu yang nekatan saya memutuskan untuk naik sajah...

Melihat jalanan dengan sudut kemiringan hampir 45 derajat membuat saya makin ngeper, apalagi ketika menengok kearah kiri...ya amplop...ituh jurang curam banget. Saya makin ayub-ayuben, mungkin saya takut akan ketinggian juga, dengan menahan pusing kepala (diampet supaya Karin nggak makin takut) saya pun memfokuskan pandangan mata saya hanya pada aspal dijalanan didepan saya.

Dari pinggir jalan saya sempatkan berhenti sebentar menikmati view ini, ;

Insert (dalam lingkaran) terlihat air terjun indah dari kejauhan...

Sambil berdoa berharap selamat sampai ditujuan, saya cubak menikmati pemandangan yang terhampar (padahal saya singunen lho...). Jalanan beraspal yang curam, sebelah kiri adalah lembah jurang yang curam. Menurut saya sungguh sangar dan mengerikan. Tapi begitu melihat nun dikejauhan seperti menyaksikan sajadah hijau yang membentang luas, Subhanallah, seketika hilang rasa takut itu. Tapi, dasar saya, ketika Karin dengan ceriwis sibuk berkomentar, saya suruh dia diam, takut menggangu konsentrasi Ibu ngojek inih...qiqiqi...

Kabut tebal masih menghalangi jarak pandang mata saya, juga jalanan terjal membuat saya harus ekstra hati-hati kalau nggak pengin ngglondor...qiqiqi...Menjelang 100 meter dari area parkir Candi Ceto sengaja saya kerjain Karin untuk turun dari boncengan dengan alasan motornya nggak kuat lagi, Karin pun dengan menggeh-menggeh terpaksa berjalan kaki menaiki jalan aspal yang terjal dan curam..qiqiqi....kena' deh kamu !

Dan, akhirnya sampai juga kami di pelataran candi Ceto ini.


Lihatlah, Karin yang gembira ketika akhirnya kesampaian juga menjejakkan kakinya dipelataran Candi Ceto ini...



Juga Ibunya yang manis, sambil menggeh-menggeh, sedang menikmati buah dari kenekatan kami berdua...


Yippi...yippi...yee....., serasa dibelahan dunia yang berbeda...Serasa mimpi ya,Bu...kata Karin...( iya, mimpi, secara , kita dua perempuan ibu dan anak yang modal nekat)


Dan, ini adalah relief Lingga dan Yoni...


Patung ini ikon nya Candi Ceto


Pelataran Candi dilihat dari arah puncak Candi Ceto
Karin....puas ?

Silhuet gapura Candi Ceto dibalik kabut tebal


View perbukitan kebun teh dari pelataran Candi ceto

Nah, disini saya menemukan kejutan yang manis. Ada sebuah pondok wisata yang namanya persis banget sama blog inih...qiqiqi...kebetulan yang menyenangkan, bukan. Semoga pondok ini bukan pondok "krusek" yah....

Dan kawans, berhubung saya sudah mengeh-menggeh juga karena kecapekan menaiki undakan candi Ceto ini, maka kepada teman-teman saya persilahken mampir kerumah om Wiki saja guna mendapat keterangan selengkapanya mengenai hal dan riwayat Candi Ceto ini...Puas kan ? Paduneee...yang punya blog males ndongeng...qiqiqi...



Selasa, 10 Februari 2009

I b u


Sejauh aku masih bisa mengingat, ada sepasang tangan lembut yang selalu mengusap kepalaku dengan penuh kasih sayang menjelang waktu tidurku, menepuk-nepuk bokongku, sambil menyendandungkan lagu nina bobo'.
Tangan itu pula yang menuntun jemari kecilku dihari pertama aku masuk Taman Kanak Kanak.Menungguku dibalik pintu kelas dan siap muncul sewaktu-waktu kala aku mencari sosoknya. Tangan itu pula yang lihai menyulap sehelai kain menjadi baju lebaranku yang cantik, yang membuat iri teman-temanku. Jemari tirusnya trampil membuatkan aku jamu (dan setengah memaksaku untuk meminumnya) ketika aku mendapat mens pertamaku. Dia mendampingiku ketika aku berjuang melawan maut menghadirkan kedua buah hatiku.Dan selalu siaga turut terjaga ketika Karin dan Aizs kecil memerlukan bantuannya.


Tangan itu pula yang hingga hari ini masih lincah menjahit dan menyulam,membuat pernak-pernik penghias rumah kami yang bersahaja. Tangan tua itu masih rajin menyabit rumput disekitaran dalemBadran, membersihkannya dari segala kotoran penggangu kenyamanan. Bahkan kedua kaki tua itu masih lincah menaiki sebatang tangga untuk menebang dahan pohon mangga didepan rumah...


Ibuku, seorang perempuan perkasa. Perempuan yang istimewa. Dibalik kesahajaan dan keluguannya menyimpan begitu banyak cinta. Meski kadang kami tak sejalan, tapi aku bisa merasakan, cinta Ibu tak habis-habisnya untuk aku, putrinya...

Ibuku,orang tua satu-satunya yang aku miliki sepeninggal Bapakku. Hingga hari ini tetap setia mendamping hidupku yang berliku. Selalu mengingatkan aku bila aku keliru. Menyemangati bila aku tak bernafsu mengarungi ujian hidupku.

Ibuku, hari ini 64 tahun usiamu.
Semoga Allah memberikan kesehatan lahir dan bathin kepadamu,senantiasa.

Semoga Allah masih memberikan aku kesempatan untuk menunjukkan dharma bhakti sebagai putri tunggalmu.

Ibu, sugeng tanggap warsa.


Senin, 09 Februari 2009

weekend seru bersama FF

serunya yang bercandaan sambil jualan...



ekspresi dinamis para wanita muda itu...



Anis, Niken, Ratih, Ayik, Amik, Anik, Dian


Jadi, akhir minggu kemaren diwarnai oleh sebuah kopdar bersama teman-teman milis Femina n' friends , itu sebuah milis yang anggotanya pembaca majalah femina. Kopdar ini sesungguhnya adalah yang kedua yang diselenggarakan komunitas FF solo, tapi baru yang sekarang saya bisa bergabung. Kita yang biasanya cuma ketemu di dunia maya, akhirnya dipertemukan di dunia nyata, di Kafe Prijaji Keprabon atawa BlonjoKue , milik salah satu anggota milis ini yang namanya Jeng Anis.

Seneng dan seru, ketemu dengan teman2 yang masih muda-muda ini...secara, saya adalah yang paling tuwir lho....(tapi, Insya Allah kaluk soal semangat ya nggak kalah dari yang muda2...teuteup narsis...). Jadilah kopdar kali ini rame abis, becandaan terus sampe abis waktu, dan seperti biasanya kaluk yang namanya para perempuan ketemu apalagi yang dilakukan selain...ngrumpi ngalor ngidul, sharing berbagi info dan...qiqiqi...teuteup...jualan dagangan masing2...Bagus !

Buat Mbak Dian Priyono, Jeng Anik, Jeng Amik, Jeng Anis, Jeng Ratih dan Jeng Niken dan Jeng Alvina yang datang bersama sikecil Oris, terima kasih sudah mewarnai akhir minggu aku, kemaren...So sweet...


Jumat, 06 Februari 2009

lagi belajar sulam pita...




Sering saya merasa belum menjadi perempuan sebagaimana seharusnya perempuan. Maksud saya perempuan sebagaimana selayaknya perempuan...bingung ta ? wong saya sendiri juga bingung kok....


Jadi, kamsud saya adalah ketika seorang perempuan seringkali dituntut ( halah...) untuk menjadi wanita seutuhnya, yang bisa masak, momong, dandan dsb...eh, lha kok saya ini merasa belum bisa seperti itu...Lagipula, sapa pula yang menuntut saya untuk itu ? Nggak ada sih..., itu mah cuma keinginan terpendam dihati saya tentang bagaimana seorang perempuan seharusnya. Harus pinter masak (saya cuma bisa masak, seadanya), pinter momong (saya cuma bisa momong sajah), pinter dandan (saya nggak bisa dandan...piye to ikiik...?). Plus, kalu bisa punya nilai plus seperti bisa menjahit, menyulam, membuat kerajian tangan. Tujuannya ya buat mempercantik rumah dan disawang-sawang sendiri , syukur-syukur bisa dijual....qiqiqi...

Well, sebenarnya saya ini suka sekali mencoba hal-hal baru seperti membuat sesuatu. Saya pernah mencoba bikin aksesori dari aneka batuan dan manik-manik seperti yang ini. Atau kaluk lagi kumat rajin nya ( rajin kok kumatan...) saya bisa juga tiba-tiba otak-atik sesuatu menjadi sesuatu yang baru seperti yang ini. Atau bikin sesuatu untuk koleksi sendiri seperti ini dan itu . Atau tiba-tiba mak bedunduk saya ini kumat kreatipnya seperti saat ituh. Tapi, yah itulah saya, cuma modal kepengin bisa...tapi tak pernah telaten untuk belajar lagi dan mudah bosan kalau yang saya buat ini nggak kunjung jadi sesuatu.....qiqiqi...sifat jelek yang ini jangan ditiru yah...

Beda banget sama YangTi, Ibunda saya. Beliau itu telaten sekali perihal ketrampilan tangan yang berbau perempuan. Sayangnya, ketrampilan yang beliau punya itu kok ya tidak diturunken kepada saya putri semata wayangnya. Saya blash tidak bisa dan tak trampil menjahit, entah kenapa...mungkin karena saya tidak telaten dengan pernak-pernik kecil jahit-menjahit yang menurut saya ribet ini...kecuali kalau terpaksa harus menisik baju atau celana suami dan anak yang robek-robek dikit, bolehlah. Selebihnya, serahkan saja kepada ahlinya...

Dan...sayangnya juga, saya paling males kalau disuruh belajar menjahit...qiqiqi...Ibu sampai geleng-geleng kepala tuh...

Namun, entah angin apa yang hari ini membawa saya datang ke seorang tetangga untuk minta diajari membuat sulam pita...saya sendiri tak tahu, angin apa ini....(Ibu Ismono, terima kasih yaa....)
Hari itu saya bergegas belanja bahan ditoko alat jahit untuk membeli beberapa bahan yang diperluken untuk membuat sebuah tas...hehehe...siasat bagus sebelum kumat lagi malesnya...

Maka dimulailah proses pembelajarannya...dilanjutken mempraktekkan apa yang sudah diajarkan, ditemani panduan dari buku yang saya beli kemaren...dan inilah hasilnya...


bahan-bahannya....

prosesnya....

hasilnya..., setelah dibantu finishingnya oleh Ibunda tercinta....


Tak terlalu menguciwaken...


Rabu, 04 Februari 2009

Sapta tirta Pablengan

Jika Anda berniat mengunjungi makam seorang pesohor negeri ini yang kini pusaranya menjadi "jujugan" dan obyek wisata ziarah di Karanganyar, sudah to the point saja, maksud saya makam Pak Harto dan ibu Tien di astana Giribangun Matesih, yang letaknya kurang lebih 20 km dari Dalem Badran. Pastiken Anda juga mampir ke Sapta Tirta Pablengan. Letaknya tak jauh dari sang astana, ditepi jalan raya Karangpandan - Giribangun. Buat saya tak terlalu istimewa, hanya sejuk hawa gunung Lawu dan pemandangan hutan pinuslah yang membuat saya tertarik mampir ke sini. Letaknya tepat di kaki dua bukit berhutan pinus, warga setempat menyebutnya Argo (gunung) Kailoso dan Argo Lampus. Yang membuat saya tertarik adalah adanya tujuh mata air yang ada di kompleks tersebut. Itulah sebabnya objek wisata yang dikelola Pemerintah Kabupaten Karanganyar itu disebut Sapta Tirta yang berarti tujuh mata air. Mata air yang tergolong kecil dan letaknya berdekatan ini masing-masing memiliki karakter, rasa dan kandungan mineral yang berbeda-beda. Subhanallah....sungguh fenomena alam yang luar biasa, menurut saya. Tapi bagi yang tahu hil yang mustahal mengenai ilmu vulkanologi, ini adalah fenomena alam yang biasa sajah....Ya, sudahlah...yang penting, saya hanya ingin berbagi sajalah...

Dan inilah ketujuh sumber mata air itu :


1. air bleng . Pernah dengar nama bleng ? bleng adalah bahan untuk campuran pembuat kerupuk nasi (karak). Sumber air ini tampak keruh namun tidak pernah surut meskipun datangnya kemarau panjang. Nah, air di sumur ini sering digunakan penduduk setempat sebagai bahan baku pembuatan karak atau kerupuk.


2. air hangat ,mata air yang ini jelas mengandung belerang Air Hangat yang mengandung belerang ini bisa digunakan untuk mengobati gatal-gatal dan penyakit kulit lainnya. Jadi gatal-gatal, panuan , kudis kurap, silahken dibuktikan sendiri. Nampak tumpukan dan sampiran baju-baju seseorang yang lagi pengin membuktiken khasiat sumber air hangat ini, yang jelas bukan saya lho ya....Tenan ikii...

3. air hidup,sumber airnya terus bergolak dan konon berkhasiat menambah kecantikan. Mau buktinya ? coba tanyakan pada Luna Maya...


4. air soda yang rasanya memang seperti soda. Tapi sayang saya malah belum mencicipinya...


5. air urus-urus, yang konon dapat digunakan sebagai obat pencahar. Dulcolax, Laxing, lewat deeh....katanya ! Yang pengin langsing, mungkin bisa coba rajin-rajin mengkonsumsi air urus-urus ini...Bila sakit berlanjut, hubungi Ernut yaa....




6. air kasekten yang konon bertuah bagi siapa saja yang ingin menambah ketebalan kulit dan nyali untuk berperang. Katanya juru kuncinya lhooo....



7.air mati, yang debitnya tidak pernah berkurang atau bertambah.Saya saranken dengan serius untuk jangan pernah mencoba minum air dari sumber Air Mati ini, karena konon katanya mengandung gas karbondioksida yang beracun.


Pablengan dulunya adalah tempat untuk tetirah putra-putri Mangkunegoro I – VI yang memang berkuasa di seluruh wilayah Kabupaten Karanganyar. Sampai sekarang, di antara pengunjung selalu ada yang datang dengan alasan spiritual tertentu. Nah, kawasan Matesih ini juga dikenal sebagai sentra penghasil durian yang enak dan sekarang lagi musimnya. Di dekat-dekat kawasan itu, hampir setiap rumah warga menjual durian dengan harga Rp 15.000 – Rp 35.000 tergantung kualitas dan ukuran.


kandungan belerang yang tinggi mengakibatkan air diselokan ini seperti berkerak kekuningan.. latar belakang panorama perbukitan, indah dan sejuk...




Minggu, 01 Februari 2009

Yang ketemu di Pasar Tanah Abang





es selendang mayang itu....


Komponennya terdiri dari beberapa iris lapis tepung beras, santan dan syrup gula jawa


si mamang penjualnya asli dari Garut...



Muter-muter di tanah abang
Ketemu yang seger-seger, ehhh...es selendang mayang

Masih oleh-oleh dari ibukota, secara tidak setiap bisa sering-sering menjelajah Jakarta, maka kesempatan untuk jalan-jalan tentu saya gunakan semaksimalnya...Kali ini, saya menuju kompleks perbelanjaan Pasar Tanah Abang, yang baru sekali-sekalinya ini saya kunjung...Naluri norak saya langsung kumat serta merta melihat dagangan di Blok A Pasar Tanah Abang ini,bagaimana tidak mabuk, barang-barang disini memang harganya lumayan terjangkau. Wah, ini memang surga belanja, rupanya.

Dilokasi tak jauh dari Blok A ini ada sebuah area penjualan yang sering disebutnya sebagai Pasar Tasik, karena mayoritas penjualnya berasal dari Tasikmalaya, Jabar. Waaa....mata saya langsung hijau melihat aneka kerudung dan perlengkapan muslim murmer ditebar disana..Memang harga yang dijual disini baik grosir maupun eceran benar2 miring...surga belanja lagi nehh...Cuba deh, belum lagi 2 jam disini sudah ketemu dua surga (belanja)...qiqiqi...bagimana cubak kalau ketemu surga benerannya...qiqiqi....
Yang norak lagi, saya tiba-tiba merasa seneng ketika setiap melewati gerai itu disapa dengan panggilan " Bu Hajii...", qiqiqi....diam-diam membatin saya lafalkan kata " Amin..., semoga saya bisa jadi haji beneran..."

Nah, di emperan Pasar Tanah Abang ini saya ketemu dengan yang jualan Es Selendang Mayang, langsung deh saya hentikan petualangan sejenak untuk mencicipi ragam kuliner tradisional betawi yang (juga) baru kali ini saya temui. Es selendang mayang ini rupanya terdiri dari kue lapis dari tepung beras yang warna warninya moronyoi - hijau-putih-jambon-coklat, dipadu dengan santan kental dan juruh (syrup gula jawa) yang dicemplungi irisan nangka dan disajikan dengan es batu yang bikin seger dan ngiler...Rasanya sih nggak jauh-jauh dari es dawet yang biasa saya temukan di daerah lain...Tapi karena ini es Selendang Mayang yang baru sekali ini saya incip dan nemunya jauh dari rumah, secara di tanah betawi...makanya rasanyapun beda-beda gimana getuh....

Si Mamang mengangsurkan sebuah bangku plastik sembari menyapa ramah, " mangga , calik atuh Bu Haji". Dan saya dengan PD bilang " Suwun ( lha kok Jawa ? ) " sembari duduk...
BTW, " Mangga calik " artinya disuruh duduk kan ?