Sabtu, 02 Juli 2011
senja dan diam
senja itu, aku duduk berhadapan denganmu. secangkir kopi hitam pesananmu dan secangkir lagi teh tawar panas untuk aku. tak banyak yang ingin kita bicarakan, selain pembicaraan dalam diam...
ah, sudah begitu lama kita begini, bahkan waktu seperti bergulir mengalir tak terhitung betapa panjang sepi tercipta...kita, aku dan dirimu, selalu bicara dalam diam begini.
senja itu, kita duduk berhadapan, bahkan tak lagi saling menatap, hal yang aku tak bisa mengingat lagi kapan terakhir kali kita pernah melakukannya pada suatu senja basah...mungkin empat atau lima tahun lalu.
senja itu ketika jemari hujan menyentuh bahu kita yang mengeras, dingin menerpa menunggu dekapan yang menghangatkan...tapi kita tahu, bahwa itu hampir mustahil.
aku dan dirimu sudah sekeras batu, bahkan ketika kita tak lagi punya daya...
mengapa harus kau tanyakan kepada senja kapan beku ini mencair, mengapa tak kau cari tahu saja mengapa kita bersama membeku , mengapa tak kau cari tahu akan daya apa yang mampu membuat kita mencair dan menghangat kembali, seperti dulu...seperti ketika kita bersama mengawalinya pada suatu jejak bulan juli sekian puluh tahun yang lalu.
pada sebuah senja, aku ingin kembali kepada 18 juli saat kau cium punggung tanganku, kau dekap aku utuh, kau bisikkan cerita tentang rumah putih kita yang sederhana, tentang angsa yang akan menjaga halaman rumah kita yang bersahaja.
tapi aku terhempas pada senja ketika aku mendapati kita...berbicara dalam diam
*
draft ini aku simpan dalam hati, aku simpan untuk 18 julimu nanti
I miss that moment, Dhe
*
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar