Rabu, 31 Desember 2008

Ketemu si gemblung Ernut

Aizs,Ayik, Ernut dan Karin...ketawa ngikik melihat gaya YangTi yang panik karena didhapuk jadi fotografer dadakan...qiqiqi....

Sebelum memulai posting ini, agaknya saya harus meminta maap kepada beberapa sohib gemblung yang lain anggota Laskar Lima sekawan yaitu Tatiet-Ika dan Milut, yang secara sengaja tidak sengaja terpaksa kami iming-imingi dengan event kopdar di Karanganyar dipenghujung tahun 2008 ini...

Begitulah, berhubung Ernut sudah niat buat jemput kedua putri nya yang sudah lebih dulu dikirim berlibur ke Solo, sekalian hajat untuk me 'lanyah' kan jalannya si Cecep mobil barunya maka hajat lama yaitu kopdar DuoEmak di dalemBadran pun akhirnya kesampaian juga.

Hanya saja, sayangnya kopdar tak dihadiri lengkap oleh anggota keluarga lainnya, Karena Mas Oen dan Ulin -Ulan ternyata ada acara keluarga lainnya, begitu juga si Bapak yang juga harus masuk bekerja. Tapi tak apalah, the show must goes on, dan sampailah Ernutwati di dalemBadran, sendirian...Memang dia preman sopir AKAP yang tangguh...welcome to Ernut...

Sebagai tetamu yang baik, Ernut tak lupa membawakan berbagai buah tangan buat kami semua juga khusus buat YangTi yang berupa tanduran...wah, yangTi seneng banget lho Nut...Terima kasih ya...Lain kali, lagi ya...(ngarepdotkomadalahhakasasi toh...?)

Dua jam terasa kurang untuk berkangen-kangenan DuoEmak, kami ngariung santai di gazebo belakang rumah, menikmati pemandanagan alam kebon YangTi sambil menikmati aneka kudapan ala desa, kacang godhog, rambutan hasil panenan, juga tahu bakso istimewa ala ibu Ayik yang manis ini...(teuteup narsis...) qiqiqi....




Bersama YangTi, Ibunda saya tercinta, cantik kan ? siapa dulu anak nya...( lho, piye ta ? )


Lakonee......, yang satu manis...Ernut, satunya lagi manis sekaleee....namanya Ayik

Sejak dalam kandungan...eh salah, sejak rencana kopdar di canangken saya sudah bernadar untuk sedikit pamer masakan favorit keluarga saya yaitu sup matahari, maka saatnya saya suguhkan sup matahari kepada tamu jauh saya ini...kata Ernut rasanya lumayan...( awas kaluk sampai dibilang gak enak...qiqiqi, maksa banget yak ? ), saya sajikan juga thengkleng kesukaan Ernut sebagai peneman makan siang kali ini.

Suguhan makan siang kopdar, seadanya...timbang ra anaa....

Demikianlah, kopdar di dalemBadran berlangsung sukses sampai saatnya Ernut harus pamitan...
Terima kasih sohib gemblung yang baik..., semoga kopdar ini makin mempererat tali silaturahmi antara kita semua dan keluarga yaa....


Wajah innocent Ernut..., tenang tapi menghanyutkan juga ngentutan...


Sesungguhnya, saya menantikan saat-saat kopdar dengan sahabat Lima Sekawan yang lain , juga bersama teman-teman blogger yang lain ,sahabat saya di dunia maya...Kapan ya...? saya tunggu lho...

Dan saat saya memposting ini adalah hari terakhir di tahun 2008, sekali lagi...saya, Ayik yang manis ingin mengucapken :

Sugeng warso enggal 2009,
Mugi Gusti Allah tansah hangganjar wilujeng dhumateng kita sedaya sumrambyah ing sedayanipun..

Amin, Ya Robbal Alamin...

Selasa, 30 Desember 2008

aLL About pohunG

Ada kudapan juara di dalemBadran yang sering kali saya munculkan dalam aneka ragam bentuk camilan. Seringkali bila kedaan darurat, maksudnya kala isi dompet sudah menipis dan tak ada pilihan padahal harus menghadirkan jajanan untuk anak-anak maka saya selalu menuangkan kreativitas saya (halaah...paduneee....pengiritan...) dengan membuat kudapan dari bahan dasar pohung atau singkong atau cassava atawa ubi kayu.

Jelas saja harganya yang murce dan maregi (mengenyangkan) membuat saya sering memakai pohung ini untuk membuat suguhan2 peneman nonton tivi buat anak-anak dan teman-temannya. Pohon singkong ada banyak di sekitaran di dalemBadran ini, kaluk terpaksa tanpa harus membelipun kita bisa mendapatkannya dari galengan sawah tetangga ...dengan sebelumnya meminta ijin si empunya, tentu...kalak nggak minta ijin kan namanya nyolong dong, nggak barokah, malah bisa bikin perut mules dong...Ya iyalaah...masa ya iya dong!

Seperti hari ini, ketika teman2 SD Aizs pada datang berkumpul dan ngariung di gazebo dalemBadran. Saya buka kulkas, lha kok sudah gak ada lagi camilan bahkan tak ada buah-buahan disana. Blaik...masak anak-anak berkumpul dibiarkan menganggur...., mau pesen Pizza gak ada duit, mau beli donat kok jauh amat..., maka sebagai seorang preman dapur saya gerakkan tangan saya untuk sekedar membuat camilan bersahaja buat mereka. Maka saya parutlah pohung yang ada , sebagian diparut kasar sebagian lagi diparut halus. Saya campurkan gula jawa, gula pasir dan kelapa parut muda. Yang diparut kasar kemudian dikukus bersama irisan kasar gula merah dan daun pandan. Setelah matang dikukus, dihidangkan dengan kelapa muda parut .

Jadinya seperti ini lho...


Namanya sawut.....dari pohung yang mawut-mawut...

Lalu yang pohung diparut halus, ditambahkan parutan kelapa muda dan gula pasir. dibentuk bulat setelah diisi irisan gula jawa ditengahnya kemudian digoreng garing...Penampakannya seperti ini,

dan kami menyebutnya klenyem...., mak nyemmm...nymmmm. Lebih enak lagi kaluk dimakannya pas panyas...panyass...

Lha yang ini beda bentuk lagi, meskipun bahan dasarnya sama. Namanya Lentho, cara bikinnya tak jauh beda dengan klenyem, pohung pun di parut halus, kemudian dicampurkan dengan aneka bumbu gurih dan kacang tholo ( yang sebelumnya telah direndam dan direbus sebentar sampai empuk). Tak perlu cetakan khusus untuk membentuk sebuah lentho, karena cetakannya cukup memakai tangan kita yang mengenggam...Bila sudah tercetak, maka langkah akhirnya adalah digoreng diminyak panas sampai mateng. Rasa lentho ini gurih lho, karena bumbu yang dipakai adalah ulegan bawang putih plus kencur dan garam, enak dimakan dengan ceplusan cabe rawit....

Dan hasil akhirnya adalah seperti ini lho, teman...




BTW, sering kali di desa saya ada unen-unen " tak wenehi cithakan lentho lho yen kowe nakal...", maksudnya ya diantemiii......alias dikasih bogem mentah...qiqiqi....Nyambung tapi maksa yaa...?|

Jaman cilikan dulu yang sering diidentifikasikan sebagai jaman susah oleh ibu saya, singkong ini setiap hari hadir sebagai peneman hari-hari...setiap hari ketemu singkong dan singkong lagi hanya saja berubah bentuk dan rasa, kadang menjadi : gaplek, sega pohung, lepet, tape,blanggreng, sawut, klenyem, lentho...

Punya kenangan dengan ragam kuliner dari singkong ?

Eh, sekalian ya teman, sembari menikmati aneka kudapan dari singkong ini, saya ingin menyampaikan Selamat tahun baru 2009 buat semua sahabat setia Sekar Lawu dan Duo Emak...semoga tahun-tahun kedepan kita bisa menjadi lebih baik dan lebih baik lagi dalam segala hal...

Selamat datang 2009...


Selasa, 23 Desember 2008

Eh BuaS Kartopuran




komponen eh buas nya standar saja, tapi se standar namanya, standar pula rasanya...segerrr...sumyah....


Gerobak si bapak Eh Buas Kartopuran

Warung ini menjadi jujugan para ABg dan pelajar

Es buah ataupun juga sup buah, pasti sudah banyak teman yang mengenal dan menggemarinya...tapi kalau Eh Buas ?

Kemaren ketika mengantar anak les, saya lewat rute yang tidak biasa saya lewati, lha mak jegagik pandangan mata tertumbuk pada sebuah warung yang lumayan ramai pengunjungnya. Bukan karena warungnya ramai sehingga saya memutuskan untuk berhenti dan mampir, tapi karena judul warung ini rada-rada aneh menurut saya " Eh Buas Kartopuran", letaknya memang di pojokan lapangan Kartopuran.

Lha rak tenan taa..., memang benar dugaan saya, aneka jenis es segar mengandung buah disediakan sebagai menu utamanya, ditambah menu hangat-hangat macam bakso dan mie ayam sebagai pelengkap. Akhirnya buat tombo kecele' saya dan Karin memesan es buah ehhh...eh buas ini. Komponen eh buas ini standar saja, begitupun rasanya.

Nggak apa-apa, setidaknya mengobati rasa penasaran saya, kok menyebut nama warungnya seperti plesetan yang sering saya pakai kalau saya lagi ngobrol dengan si Nok Indri di subaraya sana. Sungguh strategi jitu untuk sebuah trik pemasaran, bikin dulu calon pembelinya penasaran, walau hanya dengan sekedar nama yang aneh...

Senin, 22 Desember 2008

Mundung aka Ceplusan




mundung aka ceplusan, menggoda iman...




Tampilan mundung setelah di ceplus...kecut asem manis dan seger...

Lhah , ini dia satu ragam buah yang sudah lama sekali nggak saya temui. Ketika hari minggu kemaren jalan ke pasar Jungke pandangan saya tertumbuk pada seumbruk buah yang bentuknya bulat-bulat sedang warnanya orange kekuningan, kesannya segar merona dan menggoda...qiqiqi...langsung saja saya sambar seonggok buah mundung ini...kangen jeee....
Bentuknya mirip-mirip buah duku, hanya saja kalau duku kan kulitnya lebih tebal, begitu pula daging buahnya berwarna putih kekuningan. Nhah, buah mundung ini kulitnya tipis, butirannya pun tak sebesar buah duku dan buah langsep. Daging buahnya berwarna merah jambu bening. Rasanya ? kombinasi manis - kecut asem dan segerr....Untuk ngrahapi buah mundung ini saya punya cara nikmat yang menurut saya asyik, yaitu dengan men 'ceplus' nya. Jadi tidak dikupas kulitnya seperti kita mengupas buah duku, tapi saya kremus sak kulit2nya, lalu kulitnya saya lepeh dan saya sisakan daging buah (plus bijinya, tentu) untuk saya telan... jangan lupa, sebelum menceplusnya hendaknya cuci bersih buah mundung ini dengan air mateng, bila perlu. Supaya hygienis,tentu.
Mungkin itu sebabnya buah mundung ini juga dikenal dengan nama ceplusan, karena cara makannya adalah dengan di ceplus alias di kremus...Paham ?

Dulu waktu masih kecil, sering Ibu membawakan oleh-oleh buah mundung ini dari pasar. Kini setelah jarang-jarang menemuinya di pasar, saya selalu kalap setiap melihat mundung dijajakan ...jadi, setiap ketemu bakulnya bisa dipastikan saya akan memborongnya untuk dijadikan kudhapan menyegarkan...tombo ngantukkk...

Harganya ? jangan ketawa ya...Rp 1.000,- per kilonya...murih teniiin...ta ?.


Sekarang ini saya masih punya satu ragam buah yang sangat saya kangeni, terakhir ketemu buah yang saya cari itu kira-kira 25 tahun yang lalu, namanya buah gowok, warna kulit tipisnya hitam keunguan tapi daging buahnya berwarna putih bersih, rasanya kecut seger juga....Kira-kira, teman2 tahu nggak dimana saya bisa mendapatkannya ?...Pengin niih....

Senin, 15 Desember 2008

Ingkung Sang Primadona

Nampak jelas Ingkung sang Primadona


Ingkung bersama kelengkapan tumpeng lainnya...


Pada hajatan mantenan Mbak Tea di Salaman Magelang kemaren saya ketemu lagi dengan sajian kuliner khas jowo yang bernama tumpeng komplit dengan ingkungnya. Sajen ingkung ini lazim disajikan dalam hajatan dan kendurian. Ingkung merujuk pada seekor ayam (biasanya berjenis kelamin jago) yang dimasak dengan bumbu tertentu, bisa bumbu kuning atau di bacem ungkep. Ayam jagonya disajikan utuh lengkap dari ujung ceker sampai ujung kepalanya, juga lengkap dengan jerohannya...dihidangkan dengan gaya mekungkungnya bersanding dengan kelengkapan tumpeng lainnya, bisa tumpeng nasi gurih/nasi liwet, atau nasi gudangan seperti gambar diatas.

Kenapa saya sebut sang Primadona, karena ketika ada sajen tumpeng sakuborampene, yang jadi inceran para hadirin yang ikut kondangan adalah ingkungnya...Setelah selesai di hamin-hamin, pasti ada yang ngincer endhasnya (kepala), ada yang pengin swiwi (sayap), ada juga yang tepong sak cakare, atau rempela atinya...wis ta, semua bagian dari ingkung ayam selalu menjadi yang duluan ludhes dibandingken uborampe tumpeng lainnya. Gak percaya ? ndhak pa-pa...wong itu hak Anda. Qiqiqi...

Biasanya, kalau saya ketemu ingkung, saya paling demen ngincim brutu (tunggir) nya....yang menurut Karin, selera makan yang tidak elegant...qiqiqi...E, lha anak ini belum tahu kalau brutu itu enak gurih dan kenyil-kenyil...

Tapi ada kepercayaan jaman saya masih kanak-kanakdulu, anak-anak nggak boleh makan brutu supaya tidak getun mburi (menyesal belakangan)...Pamali, katanya.
Ya iyalaah,getun pasti mburi dong...mana ada menyesal di depan ?

Waktu kecil dulu, ada makanan yang harus dipantang dengan alasan pamali nggak ?

Kamis, 11 Desember 2008

Main logika


Logika memang bukan untuk main-main, buktinya kalau kita lagi serius bicara trus kita agak nggladrah, seringkali lawan bicara akan segera mengingatkan agar kita tidak OOT dan kembali berpikir dengan logis (logika)...halahhh...
Tapi kadang ketika bermain pun kita butuh logika, supaya kita gak susyah kemudian, apalagi kalau kita terlibat dalam suatu permainan yang memerlukan satu bentuk pemikiran yang matang, maka logika harus dikedepanken...halaah....

Kenapa hallah...? karena hari ini saya dihadapken pada kalimat logika yang meluncur dari mulut anak saya, Aizs.

Tadi malam ketika saya dengan serius menyuruh anak-anak agar serius belajar karena saat ini mereka sedang menghadapi test semester nya maka jawaban dari Aizs dengan senyum jailnya adalah begini;
" Ibu, menurut aku, SEDIKIT belajar, SEDIKIT lupa. BANYAK belajar,BANYAK lupanya. NGGAK belajar, NGGAK ADA yang lupa..."

Horrokk...anak sekarang, siapa cuba' yang ngajarin mereka kalimat logika ini ? yang jelas bukan aku, Ibunya...lantas siapa ya...?

Anak-anak, memang paling bisa.Ada saja jawaban nge les nya...

Kamis, 04 Desember 2008

Bengawan Solo riwayatmu...



Sungai Bengawan Solo dalam jepretan kamera saya, sore ini

Empat kali dalam seminggu, saya wajib melewati jembatan panjang yang membentang diatas Bengawan Solo. Buat teman-teman yang tidak tinggal di kota Solo dan yang belum pernah ke Solo, mungkin gambar-gambar ini bisa mengobati rasa ingin tahunya mengenai sungai terpanjang di Pulau Jawa ini.
Saat ini, keadaan sungai sedang tidak penuh air, ketinggian air biasa-biasa saja, tak menimbulkan bahaya banjir seperti yang terjadi tepat setahun yang lalu. Desember 2007 Bengawan Solo meluap, air mengalir sampai jauh, tidak hanya kelaut, tapi juga sampai diperkampungan2 sekitar aliran sungai, bahkan sampai juga ke daerah pinggiran Solo yang notabene adalah daerah hunian elit seperti Solo Baru dan Grogol...
Saya masih ingat betul, saat itu kebetulan sedang ada proyek konsultansi di beberapa kecamatan di Kabupaten Sukoharjo, untuk pulang kandang ke Karanganyar saya terpaksa harus memutar sampai ke daerah Kartasura untuk menghindari arus macet akibat banjir bandang Bengawan solo ini...dough...!


Jembatan Bengawan Solo yang jalannya ada 17 x brenjulan (istilah Aizs), jadi tiap kali lewat Aizs akan menghitungnya satu,dua...qiqiqi

Sejauh ini, karena bisa dikata sudah tiap hari bisa ngambah dan melewati Bengawan Solo, saya suka heran kok ada juga teman-teman (dari lain kota) yang suka nanya begini " Bengawan Solo, bagaimana sih wujudnya ? ". Wujudnya ya seperti ini, tak ada yang istimewa, mungkin lebih gagah jembatan Ampera yang membentang diatas Sungai Musi yang menghubungkan daerah Seberang Ulu dan Seberang Ilir di Kota Palembang.Jembatan ampera bahkan dijadikan ikon dan lambang kota Palembang. Sedangkan jembatan Bengawan Solo hanya menjadi jembatan yang sungguh biasa saja...
Yeahh, mungkin benar kata tetangga, Bengawan Solo tak akan bergaung di seantero dunia bila tak ada seorang maestro bernama Gesang yang merangkaikan syair dan lagunya menjadi:

Bengawan Solo riwayatmu ini
Sedari dulu jadi perhatian insani

Musim kemarau, tak seberapa airmu
Di musim hujan air meluap sampai jauh

Reff:
Mata airmu dari Solo, terkurung gunung seribu
Air mengalir sampai jauh akhirnya ke laut

Itu perahu, riwayatmu dulu
Kaum pedagang Slalu naik itu perahu

simple lagunya, tapi tak sesimpel efeknya. Lagu ini terdengar sampai jauuuh di negeri orang . Nama Bengawan Solo ini tentu sudah tak asing lagi bagi kuping orang Indonesia, Bengawan Solo, menjadi sebuah judul lagu keroncong yang sudah melegenda, yang penciptanya saat ini sedang menikmati masa kasepuhan di usia yang ndungkap 92 tahun, dalam kebersahajaan di kampung Kemlayan Solo, Gesang MartoHartono.

sampul kaset keroncong , kaset nya jadoel

BTW, saya pribadi punya kenangan dengan Mbah gesang ini, di sekitar tahun 1980 an, kami kebetulan bertetangga di Perumnas Palur, beliau tinggal di Jl.Nusa Indah dan saya di Jl. Nangka. Ketika itu karena masih kanak-kanak maka saya tak begitu peduli bahwa Mbah Kakung Gesang yang setiap sore suka mencari jangkrik buat pakan manuk ( makanan burung) di lapangan depan rumah saya itu adalah seorang maestro besar, pencipta Bengawan Solo yang melegenda...
Coba kalau saya tahu..., pasti saya sudah minta tanda tangannya waktu itu...qiqiqi....

Pesan dari ernut:
Yen liwat Bengawan Solo, plis ati2, kaluk kumat epilepsimu bisa bahaya...sekarlawu tbisa inggal nama...

Selasa, 02 Desember 2008

Romo ana malinG...

Petugas reskrim Polres Karanganyar sedang menyidik dan melakukan olah TKP


(ilustrasi kejadian siang ini, jam 11 di lingkungan dalemBadran)

Baru saja pulang dari periksa ke dokter Ibu TB mendapati seorang laki-laki tak dikenal dan dua buah sepeda motor di depan rumahnya, terjadilah tanya jawab seperti ini :

Ibu TB : Ngapain disini,Mas
Mr.X : anu Bu, nyari burung cocak saya...
Ibu TB : nggak ada burung cocak disini...

Ibu TB terkejut melihat pintu samping rumahnya dalam keadaan terbuka...Tiba-tiba si Mr X ini bertepuk tangan memberikan kode kepada dua orang laki-laki yang sedang beraksi menggerayangi rumah Ibu TB, keluarlah dua orang laki-laki membawa beberapa barang berharga, sementara yang terdeteksi adalah sebuah laptop, dua buah ponsel dan entah apa lagi...ketiga orang tersebut seperti menyihir si empunya rumah yang sudah panik dan tak tahu harus berbuat apa, didepan mata sang korban merekapun kabur dengan dua sepeda motor menggondol barang jarahannya menuju jalan raya...Ketika sadar Ibu TB kemudian berteriak dan tetanggapun berhamburan, namun sudah terlambat, sang perampok sudah kabur tak tahu kemana....


heboh di rumah tetangga kami,siang ini


Demikianlah ilustrasi kejadian siang tadi yang menimpa tetangga belakang rumah saya, rumahnya berbatasan tembok dengan rumah kami...sungguh memprihatinkan. Kejadian ini menjadi pelengkap image tak aman di lingkungan dalemBadran, sebelum ini dua kali dalemBadran (rumah kami) menjadi incaran percobaan pencurian (pencuri berahasil menggondol beberapa pasang sepatu dan sandal, baca di dalemBadran, Mei 2008) dan percobaan perampokan di malam tanggal 4 Juni 2008 (baca juga postingannya ya...).


Senin, 01 Desember 2008

es Thung-thung itu masih ada...





es krim "ndeso" rasa jeruk


gong kecil itu, suara thung-thung nya masih seperti dulu...nostalgia

Ahaa...disiang yang terik ini tiba-tiba ada suara merdu menggoda gendang telinga...bunyinya yang mak Thung..thung...thung...atau pung...pung..pung, pastinya mengoda Aizs untuk segera berteriak..."tumbass...Pak... !"

Apakah itu ? sebetulnya produk jualan si abang ini tidaklah istimewa, just es krim ndeso yang jaman saya kecil dulu lebih sering disebut sebagai es thung-thung atau es pung-pung, ini karena dibelakang gerobak penjualnya selalu digantungkan sebuah bende / gong mini yang kalau dipukul akan mengeluarkan bunyi merdu thung-thung...

Ditengah kemajuan jaman (konsumtif) ini yang mana ragam kudapan berbentuk es krim sudah semakin maju dengan aneka merk produk es krim, maka hadirnya es thung-thung produk jadoel ini pastilah menimbulkan rasa kepengin tahu saya. Apakah rasanya masih seperti waktu saya kecil dulu ? apakah variannya juga bertambah seperti varian es krim dengan merk paten yang mudah kita temui di warung-warung ?

Bedanya, dulu waktu saya masih kecil es krim ini disajikan dalam sebuah horn/cone yang crispy, kini disajikan dalam bentuk mangkuk kertas dan setang sendok kayu seperti es krim yang dijual di warung. O ya, saya masih ingat, dulu es krim macam begini disajikan juga di atas belahan seiris roti tawar yang gurih...mmmm...yummy...

Mengenai rasa ?, tentu saja, rasanya amat jauh dari bayangan rasa es krim produk pabrikan, apalagi kalau dibandingkan dengan es krim italiano dari cafe Ragussa...jauhhh banget...

Hanya saja yang saya herankan, kok masih ada ya yang jualan es begini di jaman kini, mengingat sudah bertahun-tahun saya tak menemui es thung-thung ini..., sungguh menyenangkan masih bisa mengenalkan Aizs pada ragam kuliner vintage seperti yang pernah dikonsumsi Bapak-Ibunya jaman cilikan dulu...Kalau tidak di tanah Karanganyar, pastinya sudah susah menemukannya...iya nggak ?

Belum habis rasa takjub karena menemukan kembali es thung-thung yang telah lama menghilang dari peredaran, ehh...lagi-lagi tersengar suara nyaring dari lonceng yang digeber abang penjualnya...ithing...ithing...ithing...apa lagi ?

Hwolooh...ternyata ada lagi penjual es yang lewat, kali ini dalam bentuk es loli...horok...lihatlah, wadah es loli ini masih termos es jadoel banget seperti jaman saya cilikan dulu....e'e'e'e....dan si Aizs cepat-cepat menganggukkan kepalanya ketika saya tawari " mau coba juga, Mbak? "...ya iyalahh...sapa sih yang nggak mau ditawarin jajan es loli hari gini, apapun bentuk dan rasanya...coba saja...qiqiqi..


es 'sunduk' alias es loli, es jadoel di jaman kini, perhatikan termosnya yang juga jadoel banget



warnanya moronyoi, mengundang selera...sehatkah ? walahualam...!

So, hari ini adalah hari yang penuh kejutan karena saya menemukan kembali ragam kudapan seperti yang selalu menjadi favorit ketika masih kuecil dulu...

Punya kenangan apa dengan jajanan masa kecil Anda ?