Selasa, 30 Desember 2008

aLL About pohunG

Ada kudapan juara di dalemBadran yang sering kali saya munculkan dalam aneka ragam bentuk camilan. Seringkali bila kedaan darurat, maksudnya kala isi dompet sudah menipis dan tak ada pilihan padahal harus menghadirkan jajanan untuk anak-anak maka saya selalu menuangkan kreativitas saya (halaah...paduneee....pengiritan...) dengan membuat kudapan dari bahan dasar pohung atau singkong atau cassava atawa ubi kayu.

Jelas saja harganya yang murce dan maregi (mengenyangkan) membuat saya sering memakai pohung ini untuk membuat suguhan2 peneman nonton tivi buat anak-anak dan teman-temannya. Pohon singkong ada banyak di sekitaran di dalemBadran ini, kaluk terpaksa tanpa harus membelipun kita bisa mendapatkannya dari galengan sawah tetangga ...dengan sebelumnya meminta ijin si empunya, tentu...kalak nggak minta ijin kan namanya nyolong dong, nggak barokah, malah bisa bikin perut mules dong...Ya iyalaah...masa ya iya dong!

Seperti hari ini, ketika teman2 SD Aizs pada datang berkumpul dan ngariung di gazebo dalemBadran. Saya buka kulkas, lha kok sudah gak ada lagi camilan bahkan tak ada buah-buahan disana. Blaik...masak anak-anak berkumpul dibiarkan menganggur...., mau pesen Pizza gak ada duit, mau beli donat kok jauh amat..., maka sebagai seorang preman dapur saya gerakkan tangan saya untuk sekedar membuat camilan bersahaja buat mereka. Maka saya parutlah pohung yang ada , sebagian diparut kasar sebagian lagi diparut halus. Saya campurkan gula jawa, gula pasir dan kelapa parut muda. Yang diparut kasar kemudian dikukus bersama irisan kasar gula merah dan daun pandan. Setelah matang dikukus, dihidangkan dengan kelapa muda parut .

Jadinya seperti ini lho...


Namanya sawut.....dari pohung yang mawut-mawut...

Lalu yang pohung diparut halus, ditambahkan parutan kelapa muda dan gula pasir. dibentuk bulat setelah diisi irisan gula jawa ditengahnya kemudian digoreng garing...Penampakannya seperti ini,

dan kami menyebutnya klenyem...., mak nyemmm...nymmmm. Lebih enak lagi kaluk dimakannya pas panyas...panyass...

Lha yang ini beda bentuk lagi, meskipun bahan dasarnya sama. Namanya Lentho, cara bikinnya tak jauh beda dengan klenyem, pohung pun di parut halus, kemudian dicampurkan dengan aneka bumbu gurih dan kacang tholo ( yang sebelumnya telah direndam dan direbus sebentar sampai empuk). Tak perlu cetakan khusus untuk membentuk sebuah lentho, karena cetakannya cukup memakai tangan kita yang mengenggam...Bila sudah tercetak, maka langkah akhirnya adalah digoreng diminyak panas sampai mateng. Rasa lentho ini gurih lho, karena bumbu yang dipakai adalah ulegan bawang putih plus kencur dan garam, enak dimakan dengan ceplusan cabe rawit....

Dan hasil akhirnya adalah seperti ini lho, teman...




BTW, sering kali di desa saya ada unen-unen " tak wenehi cithakan lentho lho yen kowe nakal...", maksudnya ya diantemiii......alias dikasih bogem mentah...qiqiqi....Nyambung tapi maksa yaa...?|

Jaman cilikan dulu yang sering diidentifikasikan sebagai jaman susah oleh ibu saya, singkong ini setiap hari hadir sebagai peneman hari-hari...setiap hari ketemu singkong dan singkong lagi hanya saja berubah bentuk dan rasa, kadang menjadi : gaplek, sega pohung, lepet, tape,blanggreng, sawut, klenyem, lentho...

Punya kenangan dengan ragam kuliner dari singkong ?

Eh, sekalian ya teman, sembari menikmati aneka kudapan dari singkong ini, saya ingin menyampaikan Selamat tahun baru 2009 buat semua sahabat setia Sekar Lawu dan Duo Emak...semoga tahun-tahun kedepan kita bisa menjadi lebih baik dan lebih baik lagi dalam segala hal...

Selamat datang 2009...


17 komentar:

Anonim mengatakan...

blog ini mengandung unsur sadistisme...ada antem-anteman dengan cithakan lentho

Anonim mengatakan...

Hemmm euunaak tenan.
Pingin aku mbak.

Met thn baru 1430H

Anonim mengatakan...

mBak Ayik,
Sawutnya kok bikin ngiler ya. Lha, saya di sini jauh sama makanan khas Solo, golekane angel. Kalau pengin mangan pohung paling cuma digodok apa digoreng (blanggreng)gitu saja.

Di sini pohung paling banyak dibuat peuyeum (bukan peuyeumpuan loh he..he.. tapi tape singkongnya masih utuh).

Kapan-kapan kalo mudik Karanganyar tak mampir deh, nikmati masakane mbak Ayik yang ciamik-ciamik.

dyahsuminar mengatakan...

mbak,,,Bunda kenal semua makanan itu....yuuuk kita kembali biasakan makan telo pohung,telopendem dan ubi ubian lain...
Tapi..ketika Bunda mengadakan lomba masak dari Umbi2an...walaupun bentuknya sdh cantik cantik,,,seperti brownies,cake,lapis,dll...Anak anak SD dan TK yang Bunda ajak untuk ikut menikmati karya Ibu ibu....mengatkan,,,"Kok bukan roti ya Eyang...??" Waduuuh...anak kita sudah anak roti rupanya...

Anonim mengatakan...

sawut...memang enak..favorit sampe sekarang, cuman dah jarang nemu orang jual

Anonim mengatakan...

singkong emang paling nikmat, mbak.
hampir semua makanan dr singkong aku suka, sayangnya di sini gak ada ubi kayu yg ada cuma tepung tapioka

Sekar Lawu mengatakan...

@ernut:
kalau mau, aku masih punya cetakan lentho lho Nut...punyak 2, original lho...qiqiqi...

@Erik:
met taon baru juga ya Mas Erik, kaluk kepengin silahkan mampir ke dalemBadran nanti saya suguhi sawut biar mawut...

@Guskar:
Mas Agus, wah...silahken pinarak...didekat dalem panjenengan juga ada Mbah Loso yang klenyem Dan blanggrengnya nyamleng ta...?

@Bunda DS:
Bunda, setujuh banget kaluk ada gerakan kembali kepada pala kependem lan pala gemantung...asal jangan pala kejepit..qiqiqi...
Yang jelas ini murah meriah dan sehat, kalau kita pandai mengolahnya, sebenernya gak kalah lho sama rasa roti yang di mall mall itu...Ayo Bun, saya bantuuu....

@Nothing:
Kalau mau sawut saya siap membuatken lho...tinggal bilang saja, silahken diambil dirumah saya...

@NitaIowa;
Ho'oh Nit, kalau kangen makanan dari singkong, kabari saya...nanti aku kirimi.....gambarnya...! qiqiqi...

Anonim mengatakan...

aku disini kadang buat opo yo jenenge lali, yg 3 warna dikukus trus kasih parutan kelapa.
ohh, lentho dari pohung jg tho, duh kangen.

Sekar Lawu mengatakan...

@kenny:
Apapun bentuknya, asalkaen dari pohung emang enak kok Mbak...pokoknya kalu lagi kepepet gak ada camilan, jalan pintasnya adalah pohung saja...qiqiqi...walaupun harus nyabut di kebon tetangga...

Anonim mengatakan...

Yah, cuman dipamerin fotonya. Liat fotonya doang, gak bikin kenyang lah yaw!
Btw, saya belum pernah makan sawut tuh, hiks

Sekar Lawu mengatakan...

@Dony:
kaluk mampirnya pake bilang2 pasti saya suguhkan kuliner ndeso ini Mas dony....

Anonim mengatakan...

Kalau saya dulu sering dimasakkan ibu saya cemplon, itu singkong diparut, di dalamnya diisi gula jawa, terus digoreng. Nah, ada juga timus, telo pendem yang dikukus, diulek terus dibentuk bulat panjang dan digoreng.

Timus sekarang masih banyakdijumpai di pasar-pasar tradisional, tapi cemplon sudah agak jarang. Ayo Mbak ayik, bikinkan saya timus (lho, memangnya Mbak Ayik katering? :D )

Sekar Lawu mengatakan...

@Mbak Tuti;
cemplonnya Mbak tuti itu kaluk dikampung saya namanya klenyem, tapi ada lagi yang diparut diisi gula merah trus dikukus, namanya pipis...pipis yang tidak pesing lho.

Kaluk cuma timus mah, tiap pagi ada yang jual di pinggir gang Mbak...pengganti sarapan burger tuh...qiqiqi

Anonim mengatakan...

qiqiqiqii.... gelok lo yik, itu mah mangkanan gw waktu keciiiiiiill

lo keknya nyalonin jd mentri pelestarian cagar budaya kuliner asli aja d

Sekar Lawu mengatakan...

@jiMi:
mulane...bilang sama bini loe, suruh bikin pipis pohung atau klenyem...tombo kangen!

Anonim mengatakan...

mbak , pernah bikin krupuk sarmiyel nggak, itu lho dr parutan pohong, terus diratakan di piring dan ditaruh di atas air yg menguap terus dikeringkan dan digoreng (atau langsung digoreng ya, lali aku)

Anonim mengatakan...

Update komen!
Syukurlah, akhirnya saya udah makan itu sawut. Hunting orang jual lenjongan di pasar gede. Rasanya enak juga ternyata, apalagi kalo dimakan bareng tiwul :D