Jumat, 16 Januari 2009

tragis


pagi ini kubuka hati
meski tak berjendela
apalagi berpintu
tapi, kubuka jua untukmu

kehidupan ini bukan prasasti
Bukan
bukan batu tempatmu
sesuka hati mencoretkan
huruf-huruf kenangan dan angka-angka
yang berpendar-pendar diotakmu


ah, kau
seperti pecinta alam yang kehilangan muka
kala segenap bebetuan di gunung telah serempak memalingkan muka, darimu
tragis...!!

(kau usap keringat didahiku,
lambat-lambat
kau kecup dahiku,
lamat-lamat
seakan kau tak ingin
aku terbangun karenanya)

Des'86

foto by Winda Presti

25 komentar:

Arief Firhanusa mengatakan...

Ngga dinyana-nyana embakku siji iki pinter bikin puisi. Hmmm ... ngiler aku.

Anonim mengatakan...

selamat pagi pecinta alam, biarkan secercah sinar lembut sunrise membelai wajahmu dan menggeliatkan tubuh penatmu, nun jauh di sana sang alam telah menantimu

Andy MSE mengatakan...

aku ra isoh komentar puisine... jan uapik tenan...
gambare hhmmm... marai pengin dolan maneh!

Anonim mengatakan...

..whaduh...lha terus hidup ini mau diisi opo tho mbakyu...corat-coret nggak boleh...ya sudah aku mau corat-coret di langit atau di laut saja...he..he..he

Anonim mengatakan...

Weleh tahun '86 ya? Saya masih berumur 2 tahun, sampeyan sudah berpuisi cinta, haha

Linda Rooroh mengatakan...

jarang2 nih ayik berpuisi ria... ada apakah gerangan ?

Sekar Lawu mengatakan...

@arief:
holohhh...Mas arief iki bikin hidungku kembang kempis dan...ngiler jugak...qiqiqi


@Prihandoko:
horeee...Mas Pri bisa juga berpuisi...untukku kah Mas...(gubraks lari nabrak grobag)

@AndyMSE:
Tenane lho Mas....

@DjoKOWA:
Lha kuwi kan puisi tahun 86 Mas, sekarang corat-coret gak boleh ya ketak-ketik ngeblog ajah...

@DonyWA:
Haiyaa...waktu itu saya sudah semester 3, dan barusan brokenheart jee...sampeyan masih ngompol yak ?

@Linda:
Gerangan ada apakah Mbak Linda ? ada puisi dunk!...

Anonim mengatakan...

welha kalo ati ono cendelone, bukane loro liper kuwi mbak?

Sekar Lawu mengatakan...

@nDoroSeten:
welhaaa...peraturan I: kaluk puisi dilarang untuk di eyel, Ndoro...qiqiqi

Anonim mengatakan...

lokasi fotonya di mana mbak ?

ini memori saat dulu jatuh cintrong ya mbak ?

dyahsuminar mengatakan...

waaah...bunda nggak mau kalah...besok mau nulis puisi juga...
secara biasanya...bisanya cuma nulis nota je....

Sekar Lawu mengatakan...

@Ely:
lokasine di depan pagar rumah teman, El...apik ya ? Subhanallah...

Memory lama ? iya juga kali El..habis jatuh cinta abiss lalu putusss...tusss...tusss...Apik ta ?


@BundaDS:
Lhah, kaluk nota kan jelas produktip Bun...

astrid savitri mengatakan...

Mbak, tumben2an nih postingannya puisi, bagus banget lagi...

Anonim mengatakan...

Mbak... mbak... lagi ndak apa-apa kan? Kok tiba-tiba posting puisi tragis :-) Tenan.. puisine apik loh..

Anonim mengatakan...

misih di betawi? semprul lo yik, keknya gw kalah total d, tiwas hepi2 nemu blok yg kirain sespesies ular, ternyata jaran to sama dg ndoroku tuh qiqiqi...

wueleeeh.... akut akh, ntar gw smk diinjek2, dah cukup aku di...... (hihihi.... ga brani nerusin. piss)

Sekar Lawu mengatakan...

@Astrid:
Kata Ernut, kalau saya lagi berpuisi itu artinya saya lagi kesurupan...qiqiqi....kesurupan ajah bisa bagus (mekrokirungkudotkom)...qiqiqi

@Arul:
Saya baik2 saja Mas...lhoh, ada apa dengan puisi saya ? itu 22tahun yang lalu...

@JiMi:
ular kek, jaran kek...yang penting tetep gemblung to ?qiqiqi...

Anonim mengatakan...

mengenang masa-masa indah ya bu?
salam kenal

Riri mengatakan...

mbak sekar..puisinya bagus dech... bunda ngeliat gambarnya jadi keinget masa lalu waktu naik ke puncak lawu...( apalagi sama gebetan waktu kuliah dulu..wahhhhh kangennnn)

Sekar Lawu mengatakan...

@mascayo:
bentul Mas....

@BundaRierie:
Wadouw...Mbak rierie malah pernah naik ke lawu ya ? saya sendiri malah belum pernah....(jadipengindotkom)

Anonim mengatakan...

huhuuh
puisi taun 86... kok msh disimpen aja toh mbak??
taun segitu umurku baru 4 tahun hihihihi

Sekar Lawu mengatakan...

@ichaawe:
Haiyya....sekarang ketahuan kan siapa seniornya...qiqiqi....

Anonim mengatakan...

ahaaa.... untaian kata-katamu yang indah, ternyata sudah sejak dahulu taon 80an, sekarang tentu kian manis, kian indah, kian dewasa,... dan so... kian tuwir... qqqq... :D senang nian membaca rajutan katamu Bude. benar lhoooo...

Anonim mengatakan...

Indahnya pagi.
Indah puisi..
Salam kenal..

Anonim mengatakan...

Puisinya kok kayak terluka gitu, Mbak Ayik ...
Tapi sembuh setelah dikecup keningnya ya (waa ... gampang banget sembuhnya, mustinya digampar dulu tuh yang bikin hati terluka ... qiqiqi)

Sekar Lawu mengatakan...

@Saddam:
ihihi...ketahuan dah kalu memang saya sudah tuwir....gak pa-pa Daffa,Budhe Yaik makin tua makin banyak santennya...guriih...

@mbahdukun:
kaluk umak-umiknya mbah dukun digubah sebagai puisi keburu nggak ya...?

@Mbak tuti NonKa:
Weleh...tadinya mau dikasih kalimat " kucucrup mbun-mbunannya" tapi kok medeni...ntar dikira yang bikinnya suzanna...qiqiqi