Bapak, SuperDadku... Bila ditanya , kepada siapa saya jatuh cinta pertama kali, dalam artian jatuh cintanya seorang mahkluk perempuan kepada lelaki...maka jawaban saya akan sangat telak...kepada dia...kepada Bapak...ayahanda tercinta...
Posting ini mungkin akan sangat berat buat saya...karena saya harus memeras segenap memori saya kepada Beliau, Bapak tercinta yang sudah hampir 19 tahun meninggalkan saya..kenangan tentang 25 tahun kebersamaan dengan Beliau, kenangan tentang seorang anak perempuan tunggal kepada Bapaknya...kenangan seorang Ayik kecil dengan Bapaknya yang seperti Superman dimatanya.
Bapak saya, Suyuti bin Djojo Martono, lahir di kampung Kidul Pasar , Laweyan, Solo pada 13 Juli 1938. Ibunya Samjinah dan bapaknya Sarjiman Djojo Martono. Dalam hitungan urutan, Bapak terlahir sebagai anak ke 9 dari 14 bersaudara. 4 diantaranya meninggal saat masih balita.
Masa kecil Bapak serba memprihatinkan, Mbah Kakung yang bekerja sebagai buruh batik , tukang ngecap batik dan Mbah Putri yang pure ibu rumah tangga membuat kehidupan ekonomi mereka pas-pasan bila tak bisa dibilang serba minim. Apalagi harus menghidupi sekian mulut setiap hari....masa kecil Bapak tak bisa dibilang bahagia ( dalam konteks ekonomi). Namun Bapak dan saudara-saudaranya bisa survive hingga mereka tumbuh dewasa dan menjadi orang-orang sukses dibidangnya.
Dalam perjalanan hidupnya kemudian Bapak menjadi serdadu TNI AD melalui jalur sekolah tamtama. Bapak merintis karir militernya benar-benar dari nol berbekal ijazah SMP waktu itu. Pangkat terakhir yang disandangnya adalah Lettu (Letnan Satu ).
Lepas dari siapa Bapakku, Bapak adalah orang yang telah membentuk kepribadianku menjadi seperti saat ini...Bapak banyak mempengaruhi cara berpikir dan pandangan hidupku. Kedekatanku dengan Bapak telah membuat aku menjadi pribadi seperti sekarang. Bapak adalah panutan, idola dan impianku....Bapak menjadi lelaki pertama kepada siapa saya jatuh cinta...Terlepas dari segala kekurangan dan kelebihannya, Bapak adalah cinta pertama saya...Hmmmhhhh
Sejauh saya masih bisa mengingat, Bapak yang pertama mengajari saya bersepeda roda dua...Bapak turut berlari mengejar sepeda kecil saya mengitari lapangan Armed Magelang...menjaga supaya laju sepeda tetap stabil dijalurnya...tapi karena Ayik kecil belum pintar menjaga keseimbangan, maka kerap kali sepeda yang saya gowess meluncur kejalur yang salah dan saya bersama sepeda jatuh terjerembab tanpa sempat diselamatkan Bapak... Bapak kemudian menenangkan saya dalam tangisan, dipeluknya tubuh saya, ditiupnya luka-luka didengkul saya...diusapnya air mata saya...Ahhh, Bapak...
Setiap malam Bapak yang mendongengi saya sebelum berangkat tidur...cerita-cerita kepahlawanan heroik adalah favorit saya, tentang Robinson Crusoe, Ivanhoe, Samson & Delilah... Bapak pula yang pertama mengenalkan saya kepada dongeng tentang princess...dan film favorit saya hingga sekarang ' Sound of Music '.
Bapak selalu siap bila malam-malam saya terbangun dan mengeluh lapar...Bapak siap membuatkan sepiring nasi gorengpanas berteman telur ceplok kesukaan saya. Bapak akan membiarkan Ibu saya tetap lelap dalam tidurnya sementara Bapak mengurusi kerewelan saya setiap malam...
Putri tunggal yang meng copas segala sifat Bapaknya... Dari cerita saudara-saudaranya Bapak, dari kecil Bapak saya ini memang suka jahil dan kocak...banyak cerita saya terima dari para sepupu saya yang pernah dimomong Bapak ketika Bapak masih bujangan...Bapak saya suka jahil dan methisil, usil dan banyak akal...Nah kalau saya dari kecil memang suka usil dan sedikit nakal, itu artinya sifat saya ini benar-benar menurun dari Bapak saya...berdasarkan cerita turun temurun, Bapak dulu kecilnya juga nakal, ndridhis dan ngeyelan...sifat yang sama yang diturunkan kepada saya, putri tunggalnya.
Saya masih ingat, ketika suatu hari saya melihat seekor lebah terbang rendah didekat saya lagi duduk. Dengan rasa ingin tahu saya dekati lebah itu, sambil bertanya kepada Bapak yang lagi asyik membuat kandang ayam didekat saya,
" Pak, aku pengin pegang tawon itu...", jawab Bapak,
" jangan, jangan dipegang, tawon itu ngentup (menyengat) kalau dipegang...sakit lho kalau dientup...". Tapi saya memang ngeyelan, tanpa setahu Bapak...saya saut tawon itu dengan telapak tangan saya dan saya pegang dengan kedua jari saya...tentu saja....."
crappp!", ada yang terasa panas dan perih dijemari saya....maka..."
huwaaaaa...., Bapak...aku dientup tawon..." Bapak segera bertindak, diraihnya jemari saya, tepat dilokasi disengat lebah Bapak kemudian mencabut sengat tawonnya...dan segera mengambil tindakan emergency, dipetiknya sekuntum bunga mawar, dicuci bersih, diremas kemudian remasan bunga itu ditempelkan ke jari kecil saya... Saya tidak tahu, apakah itu yang menyembuhkan luka akibat dientup tawon...sejak itu, saya tahu bahwa tawon bukan binatang yang bisa dipegang dengan aman seperti halnya kupu-kupu atau burung kecil lainnya... Namanya juga
ngeyelnya anak-anak...
Bapak saya tegas dan (agak) galak , Bapak demokratis sekaligus sedikit otoriter...
( horokkk...). Bapak akan mendengar setiap argumen saya, tapi Beliau selalu mempunyai cara juga untuk mengedepankan opininya setiap kali kami berdebat akan suatu hal. Bapak mengajarkan saya agar saya tak begitu saja menyerah pada keadaan,apapun itu...
Bapak yang saya yakin sangat mencintai saya dengan caranya, Beliau selalu ingin saya mendapat yang terbaik dalam hidup saya. Mendidik saya dengan keras sekaligus mencintai dengan segenap kelembutannya...Saya masih ingat, bagaimana Bapak menggebuk bokong saya dengan sebilah rotan atau bahkan kopel rem tentara yang besar itu kala nakal saya sudah kelewatan
( kalau sekarang ini dilakukan, pasti sudah masuk pasal KDRT dan sudah saya lapurken ke KPAI )Suatu hari, saya pergi tanpa pamit kepada Ibu, saya main bersama segerombolan teman laki-laki saya di kali irigasi belakang asrama tentara tempat kami tinggal. Kalang kabut Ibu mencari saya setengah harian, ketika pulang Ibu segera melapor ke Bapak akan kepergian saya. Bapak kemudian menyeret saya pulang , sampai dirumah saya berdiri disetrap sambil dipukuli bokong saya sampai saya menangis kencang sekali....
"huwaaaa...sakit, Paaak....kapok Paaak...nggak lagi-lagi Paaak....".... Kapok benarkah saya ? Nggak juga tuuuh....besoknya ada lagi dan lagi aneka rupa kenakalan dan kejahilan saya ulangi, dari main seluncuran di kamar mandi asrama sampai baju kaus dan celana saya sobek-sobek, atau mencabuti tanaman singkong dikebun kampung sebelah..dan gebukan demi gebukan segera memerah birukan bokong dan punggung saya ....memang saya yang kelewatan nakalnya...hiks...sehingga saya merasa pantas mendapatkan hukuman itu...hiks...hiks...hiks...
Bapak dengan segala sifat yang melekat pada dirinya...keras sekaligus penyayang, lembut tetapi tegas... Bapak mengajari saya bagaimana seharusnya kita menyikapi sesuatu dalam hidup. Bapak mengajariku untuk tidak ragu-ragu memutuskan sesuatu...berpikir dan bertindak cepat apapun kondisinya....Bapak mengajariku disiplin disegala hal, mungkin terbawa kesehariannya sebagai militer , hingga aku terbentuk sebagai pribadi yang disiplin dan mandiri, Insya Allah...
Bapak menjadi panutan saya ketika saya mendapati ( dan tak habis-habis mengaguminya) beliau mempunyai semangat belajar yang sangat tinggi...Bapak selalu menekankan, bahwa masa depanmu adalah tanggung jawabmu...jadi ketika saya mulai malas-malasan belajar ( ketika masih sekolah) Bapak akan 'mencambuk' saya dengan kata-kata...
" belajar itu kebutuhanmu..."Bapak mempunyai selera humor yang heboh, cerita-cerita konyolnya selalu bisa menghibur hati orang-orang disekitarnya...Bapak suka ndhagel dan membuat kami ketawa... Saya dan Bapak kalau sudah gojegan bisa sampai ketawa guling-gulingan... Bapak juga selalu mengingatkan saya akan kekonyolan saya semasa kecil...kalau saya belum ngamuk sampai memukuli punggungnya pasti Bapak masih heboh menggodai saya... Ah...., Bapaaak.....
Bapak menularkan ( dan menurunkan ) banyak hal kepada saya...kesukaannya akan musik keroncong telah meracuni saya sehingga saya keranjingan dan hapal hampir semua lagu-lagu keroncong. Bapak menstimulus saya menjadi kutu buku dan sedikit suka menulis karena hampir setiap hari Bapak mencekoki saya dengan aneka bacaan dan mewajibkan saya menulis buku harian sejak saya kelas 2 SD. Bapak juga menularkan kebiasaannya membaca dimanapun saya berada...bahkan di dalam WC sekalipun...Bapak yang mengajarkan agar saya mencintai budaya sendiri, Bapak mengajari saya banyak hal yang mungkin agak berat materinya untuk anak perempuan kebanyakan. Diajarkannya saya membetulkan genteng yang melorot, membongkar busi dan karburasi motor, membongkar saluran KM yang mampet, mengecat kamar saya sendiri, membuat kerajinan tangan dari tripleks dan material bangunan lainnya, menghitung volume sebuah bangunan, membetulkan setrika yang tiba-tiba tak berfungsi...dan masih banyak lagi, yang terbukti kedepannya banyak manfaatnya untuk saya menjadi perempuan yang mandiri...
Bapak, penggemar keroncong yang akut... Bapak mengajarkan kepada saya untuk menjaga tali silaturahmi dengan segenap kerabat. Mengajarkan bagaimana cara menghargai semua orang tanpa membedakan mereka dari status sosial dan kedudukan. Mengingat saya tak bersaudara kandung, Bapak selalu menekankan bahwa saya harus dekat dengan semua sepupu saya...Satu pesan Bapak yang selalu saya ingat sampai saat ini
" seribu teman terasa kurang, satu musuh terlalu banyak..." , Ah, Bapak...
Selebihnya, Bapak adalah manusia biasa, yang tak luput dari kekurangan...namun, sampai kapanpun pandangan saya tentang Bapak tak akan pernah berubah...Bapak tetap laki-laki terbaik yang pernah saya cintai hingga akhir hayat saya...tanpa mengesampingkan peran dan kecintaan Ibu kepada saya...
Sedikit yang membuat saya menyesal, Bapak tak pernah bisa mendampingi saya saat saya menikahi lelaki pilihan saya...Bapak pergi pada malam setelah saya dilamar oleh suami saya, Bapaknya anak-anak... Namun saya tahu dan yakin, restu dan cinta Bapak tetap mendampingi saya sepanjang hidup saya... Kalimat terakhir untuk saya dan suami malam itu setelah Bapak memasrahkan saya kepada suami dan keluarganya adalah...
" aku lega sekarang, Ayik sudah ada yang mendampingi dan momong...aku lega, aku mau ngaso..."Masih teringat oleh saya, betapa gelap pekatnya suasana hati saya ketika siang itu saya harus menerima ijab qabul suami dihadapan jenazah Bapak saya...Bapak, menjadi wali nikah saya dan melepas putrinya dalam keadaanya sebagai jenazah.
Kenangan lebih menyedihkan, ketika 40 hari setelah kepergian Bapak, kami kembali mengucapkan ijab kabul dihadapan penghulu...sepanjang saya dirias sebagai pengantin hingga didudukkan dipelaminan saya merasa Bapak ada tepat disamping saya...memegangi dan membimbing tangan saya, uraian air mata tak henti mengalir deras...baik saya, Ibu, maupun kerabat yang menyaksikan...Saya rasakan saat itu Bapak benar-benar mendampingi saya . Buat saya, hari itu adalah hari bahagia sekaligus hari yang paling menyedihkan buat saya...
Bapak tak sempat menunggui kelahiran cucu-cucu yang pasti sangat didambakannya, yang baru hadir 2 tahun setelah kepergiannya...Bapak tak pernah menikmati panggilan
YangnDan dari kedua cucu tercintanya...
Kini, 18 tahun sudah Bapak, lelaki pertama yang telah membuat saya jatuh cinta, pergi menemui Sang Khalik...membawa segenap cinta saya, putri tunggalnya....meninggalkan cintanya yang maha besar dan sempurna untuk saya kenang sepanjang hidup saya...
Bapak, pengukir jiwa dan ragaku.....cintaku padamu, selalu....
3 bulan menjelang kepergiannya, foto mesra saya bersama Bapak
Dan, sejak
Ada Band feat Gita Gutawa meluncurkan lagu berjudul
Yang Terbaik Bagimu ini, saya menjadi jatuh cinta benar pada lagu apik ini...
ini dia liriknya...kalau mau dengerin lagunya, search saja di You Tube...sementara saya lagi berusaha mencari cara supaya bisa mengunggah lagu ini kedalam blog SekarLawu...wkwkwk....