Rabu, 13 Januari 2010

ketika tak berwarna



sejak hutan perlahan habis dibabat
anak-anakku lantas bertanya
ketika hendak mewarna gambar
....bunda, apa warna dedaunan ?....

sejak kota menjadi impian
ketika gemerlapnya menjadi incaran kunang-kunang hutan
gunung dan lembah menjadi begitu asing
dan anak-anak masih bertanya,
ketika guru menyuruh mereka mewarna...
.....bunda, apa warna gunung ? ....

karena kota begitu jauh dari samudera
anak-anakku lupa warna lautan
anak-anakku lupa warna ombak yang berdebur
yang tangannya sanggup mencengkeram apapun yang ada dipantai putihnya...
ketika ombak sanggup menenggelamkan orang dan kota-kota
mereka hanya menggambar sebuah garis rata....
kadang tak berwarna
kembali terlontar tanya
...bunda, apa warna ombak ? apa warna lautan ?...

ah Nak,
betapa hidup ini menjadi tak lagi berwarna
ketika kita tak banyak belajar...mewarna, menggambar
maka,
warnai hidup kita dengan cinta ini saja
kecil, bersahaja, penuh warna...

pict by : AJP

10 komentar:

ernut mengatakan...

sebaiknya anakmu sgra kamu beliin krayon...biar bisa mewarnai...

Sekar Lawu mengatakan...

@ErNut:
Okelah kalau begituuu....

Kang Sugeng mengatakan...

Setujuw... ndak perlu kita mewarnai dunia dengan gincu yg merah, atau dengan cat kuku yg mengkilat, cukup dengan satu kata aja semua akan menjadi indah. CINTA

Sekar Lawu mengatakan...

@Kang Sugeng:
Toss Kang...!!!!

ellysuryani mengatakan...

Setuju sama mbak Ernut. Atau ikutkan mereka outbound, biar ketemu alam bebas yang penuh warna, hehe.

Hany Von Gillern mengatakan...

mbak Ayik ternyata pinter tenan bikin puisi ya ... apa khabar mbak?

ALRIS mengatakan...

Halo, saya datang lagi. Salam

Sekar Lawu mengatakan...

@Mbak Eli:
pastikan anak2 kita ajari mewarnai dunia dengan cinta...hahaha...klise amat yak...

Sekar Lawu mengatakan...

@Mbak Hani"
Thx Mbak, ini saya lagi belajar...lha mau belajar bikin craft kok nggak bisa bisa ya...hahaha...ajarin dunk Mbak...

Sekar Lawu mengatakan...

@ALris:
Thx sudah mampir lagi...sering2 yaaa...