Alkisah ketika saya SD, ibu saya punya warung kelontong yang diantaranya menjual minyak tanah. Setiap pagi tugas saya adalah menyedot (iya...menyedot) selang minyak tanah untuk memindahkan sebagian isinya dari drum besar ke tong yang lebih kecil... Sejauh ini saya nyaman dan merasa tak keberatan dengan kewajiban itu, sampai pada suatu hari karena kurang konsentrasi, mungkin, terminumlah oleh saya cairan sialan itu...cleguk...cleguk...rasa minyak tanah yang jauh dari enak apalagi segar....dan tragedi itu diakhiri dengan terkurasnya isi perut saya akibat muntah tak terkendali...hoeeekkkss...
Seumur-umur saya menyesali kejadian itu, apalgi kala menyadari bahwa sebenarnya saat itu sudah ada teknologi sederhana berupa alat pompa cairan yang diengkol tangan ataupun dipijat...huwaaaaa...Ibu, kenapa tak kau sisihkan sedikit rejeki untuk membeli pompa itu sehingga aku tak perlu tertelan minyak tanah...
Tahukah, sejak tragedi minyak tanah itu saya menjadi sangat paranoid dengan yang namanya minyak tanah. Jangankan kena dan mencium baunya....baru membicarakan saja sudah mampu membuat perut saya bergejolak.....sejak itu, saya benar2 benci dan menghindari kontak dengan benda cair satu itu. Kalau terpaksa, maka saya akan menahan nafas maksimal agar tak tercium baunya, kalau terpaksa bersinggungan sehingga kulit tangan atau bagian tubuh lainnya terkena maka buru-buru saya akan membasuhnya dengan sabun seperti habis terkenan najis....
Begitulah, trauma yang nampaknya begitu sederhana ternyata tak mudah menyembuhkannya....bahkan ketika saya sudah berumahtangga dan harus memasak dengan kompor minyak tanah (ketika kompor gas belum terbeli), maka yang ada adalah hari-hari tersiksa....sampai akhirnya ada rejeki cukup untuk kami memiliki sebuah kompor gas berikut tabungnya...lega rasanya hati ini tak harus berteman dengan benda cair yang sangat sangat saya benci itu...
Lucunya lagi, tak banyak orang dan kerabat yang tahu mengenai masalah psikologis yang saya hadapi ini...karena saya memang sengaja tidak mau bercerita kepada orang2 disekitar saya...saya malu sebenarnya,
Saat ini , setelah hampir 35 tahun berlalu sejak tragedi minyak tanah itu saya sedang berpikir untuk menyembuhkan diri saya dari kungkungan keterbencian saya terhadap minyak tanah...saya sedang mencari cara-cara manis menundukkan trauma psikologis saya. Dari mulai mencoba mencium baunya sedikit-sedikit..., membiarkan lama-lama tangan saya terkena caoiran minyak tanah, mencoba berakrab-akrab dengan baunya...huwaaaa....ternyata tak mudah...saya masih saja merasa benda cair ini adalah benda paling menjijikkan....baru mencium baunya saja perut saya sudah terkocok-kocok disko, apalagi menyentuhnya...tidakkk...!!!
Saya belum bisa menghilangkan perasaan itu....hingga detik ini. Menyedihkan.
4 komentar:
Untuk menyembuhka trauma itu ada caranya. Coba lakukan olah napas sederhana....mata terpejam. Hirup udara bersih dipagi hari sehabis sholat subuh. Ketika getaran energi alam mulai masuk menyelingkupi seluruh tubuh...dengan rileks...buang segala memori negative masa lalu karena trauma bau minyak tanah. Ucapkan dalam hati saja,Bau minyak tanah semakin hilang dari memori negative pikiran saya. Semua berubah seiring waktu...dan menggantinya dengan semerbak bau bunga melati." Ucapkan berulang-ulang dengan tenang dan tanamkan hal positive ini ke dalam alam bawah sadar untuk menghapus memori negative masa lalu karena trauma minyak tanah. Selamat berlatih...
Memang suatu phobia biasanya berakar pada trauma tertentu ya... Semoga mbak berhasil dg upaya penyembuhan trauma ini.... (jangan lupa diposting klo sdh dapat tips yg paling jitu ya mbak... ;P )
wah komentar aku muncul gak ya.
http://PakOsu.wordpress.com/
Wah resep arumsekartaji ok juga. Semoga phobia mbak ayik segera hilang. Sukses
Posting Komentar