Kamis, 16 Desember 2010
kalau saja ia tahu ia sedang ditunggu
pada suatu malam lelaki itu berjalan sendiri, tidak lagi menuju utara dan bukan ke titik diseberangnya. ia seperti gamang hendak menuju. hilang arah. tak terkendali. tak lagi menyampai angin. tak dia dengar lagi sapaan petir. lelaki itu basah. ia lelah...
pada suatu malam ketika terdengar suara burung malam, lelaki itu kemudian menepi...ia duduk tepekur menahan beban, tentang gundah hatinya kepada perempuan pemilik senja. tentang hidupnya yang kini nisbi.
tapi, bukankah ia meninggalkan perempuan berbalut senja itu...bukan ia yang ditinggalkan. ketika hatinya terbelah dua, separoh dipertaruhkannya atas nama cinta. cinta yang tak pernah menenteramkan, karena berbuah amarah dan rasa bersalah.
lelaki itu berjalan lagi, kini ia berbalik arah...mungkin ke utara...ah...rasanya kita perlu memberikannya kompas, agar ia mengenali jalurnya kembali. tapi tidak...dia hanya beringsut beberapa langkah, lalu kembali menepi. hatinya penuh ragu, dan pertanyaan-pertanyaan besar berkelebat dibenaknya yang nampak kuyu. tanda tanya besar, akan sebuah penolakan bila ia kembali nanti...bukankah telah ia rampas segala cinta yang telah dia titipkan kepada perempuan pemilik senja itu sejak 20 tahun silam...? ia tak lagi punya muka untuk memohon...
yang aku tahu, perempuan sang empunya senja saat ini sedang menyulam sebuah kain sutera, tempat ia menumpahkan hasrat akan maaf , keikhlasan dan penerimaan...apapun dia. perempuan sahabat senja itu sedang menunggu, senyumnya siap meluluhkan segala bentuk dendam dan benci... kehangatan dan kebesaran hatinya telah menjadikan sehelai kain sutera menjadi sebuah lukisan hati maha karya bertajuk IKHLAS...
kalau saja lelaki yang berjalan sendiri itu tahu, bahwa ia sedang ditunggu....
***
mengenang suatu malam bersamamu, 13 Januari 2006
ketika sejak itu semua tak lagi sama
REMEMBER..I didn't let you go..you walked away
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar