Rabu, 22 Juli 2009

semenjak kepergianmu...



akhirnya aku toh kalah juga
setelah sekian ribu langkah aku berjalan
sementara matahari merah garang
dan bulan hitam bagai gerhana,

semenjak kepergianmu,
tak ada lagi canda
apalagi tawa
senyummu yang merah, putih,biru
hilang
h...i...l...a...n...g

dan akhirnya toh aku harus mengalah,
setelah separuh malam terlewatkan, bersamamu
dan pintu pagar tertutup rapat,
rapat sungguh...

tak ada lagi kau,
tak ada lagi senyummu
cuma ucapmu masih bergema di ruang tamu

selamat tinggal kesetiaan yang sia-sia



ilustrasi : lees galery

7 komentar:

ellysuryani mengatakan...

Begitu pekat, juga dalam mbak Ayik. Nice poem.

ernut mengatakan...

selamat tinggal kesetian yang sia-sia? trus...tidak setia lagikah dika?

bening mengatakan...

hemmm...., puisi yang menyentuh
lets share with ur friends
masih banyak canda tawa di sana

WindaPresti mengatakan...

asik ya bulik punya temen deket awet gitu. .
saya nggak punya, tipa naik kelas genti temen deket mulu. .

RUMAH BIRU mengatakan...

tidak ada yg sia-sia ...
mau yang setia?
matahari dan bulan bisa dicontoh....

Linda Rooroh mengatakan...

waduhhh puisinya cerita tentang si dia yg teriak2 depan pager minta bukain pintu tapi disetrap gara2 pulang kemaleman yaa...

hehehe.. pissss yikkk, sungguh kemarau yang mellow... heheheh

ely mengatakan...

wah ... kembang krokus se cantik tenan , jadi inget saat spring ^_^

ini puisi buat sapa mbak ? *hush ... jgn usil tanya tanya ya el !! hehehe*