Selasa, 30 Maret 2010

namaku, renjana...engkau memanggilku jana...




***

namaku renjana, seperti sebuah senja ketika engkau mennyentuh binar bulan. dan aku masih terdiam ketika harus mengenang sebuah sore ketika ayahku menyampaikan pesan hatinya, " jana, ...duduklah dekat ayah, ayah ingin bicara....", lalu aku duduk tepat disampingnya, sambil mengaduk segelas cokelat panas aku memandang mata ayahku, dalam-dalam...aku sudah sangat mahfum akan apa yang akan disampaikannya....tentang perjodohan itu, tentang lelaki mantap yang dikudangnya untukku, tentang seorang laki-laki bernama segara...
" jadi , nduk, sudah kau putuskan kah ? ",
begitu ayah bertanya, bukan untuk yang pertama...aku, jana, kembali menundukkan kepalaku, " maafkan aku, ayah...aku belum siap, aku juga butuh waktu untuk mengenal gara lebih dekat...dan itu butuh waktu yang tak sedikit.., apakah gara mau menungguku, ayah...? " dan, senja itu aku melihat bahu ayahku terkulai, tak berdaya membujukku, memaksaku menerima lelaki bernama segara....

seperti pagi kemudian, ketika seorang lelaki bernama segara datang padaku dan mengatakan , " tak mengapa renjana, mungkin memang ini bukan jalan kita...salahkan aku, tak banyak memberimu waktu mengenal aku...selamat tinggal jana, semoga yang terbaik bagimu..."



dibalik punggung lelaki bernama segara aku mengedikkan bahuku, hhhh....lelaki yang mestinya bisa aku ajak belajar mencinta, ternyata menjadi musuh terbesar dalam hidupku...aku dan egoku tak pernah bisa menerimanya, menerima perjodohan ini...meski diam-diam aku...mengaguminya...


***

dan ini adalah cerita 24 tahun kemudian., aku, renjana, adalah ibu tunggal dari tiga buah hatiku. lelaki yang disebut bapak oleh anak-anakku telah terenggutkan cintanya oleh sesosok perempuan yang kini menjadi istrinya. aku, renjana, kemudian hidup bersama luka...tapi bukankah itu adalah pilihan. termasuk ketika orang menyebutku sebagai janda, ibu tunggal beranak tiga...tak mengapa, mungkin ini sudah suratan.

aku, renjana, menjadi perempuan batu yang menjilat api ,hidup demi ketiga kepala yang harus dihidupinya...aku bukan lagi perempuan manis lembut yang mudah menyerah, kini aku, jana, menjelma menjadi perempuan singa yang siaga merengkuh bahu ketiga anaknya... karena, aku, jana, adalah kemandirian dan kejumawaan...hidupku tak hanya berhenti pada bicara...hidupku adalah kekerasan, kekerasan adalah hidupku.

aku, renjana, kemudian menjadi perempuan berhati batu yang tak pernah lagi mencium aroma kelopak mawar seperti dulu...hidupku menjadi pagi yang menguarkan hawa matahari, menjadi siang ketika sinarnya membakar raga, menjadi malam yang tak pernah terpikirkan untuk menghabiskannya dengan bercinta....
aku, renjana, adalah perempuan sepi...

***


lalu, hitungan ke 24 tahun, angin membawa aku, renjana, kepada sebuah suratan ketika seorang lelaki bernama segara kembali hadir...dia datang ketika malam menjelang pagi, menguak salam membuka kenangan 24 tahun silam, ketika luka hati membawanya pergi dari hidupku... segara, gara....entah hatimu terbuat dari apa, ketika kau simpan keping lama terluka dalam belahan jiwa...kau torehkan namaku, renjana, seperti ketika engkau menuliskan namaku 24 tahun silam...tak bosannya engkau menunggu meski jarak dan waktu memisahkan hati kita.
hampir seperempat abad engkau setia dalam diammu, diujung pulau berkepala burung, disuatu senja engkau datang kembali dan menundukkan hatiku.

aku, renjana, engkau memanggilku jana....tak pelak menjadi batu yang terdekik oleh tetesan air kasihmu..., aku, jana, perempuan sepi...bergelut kembali dalam ego dan emosi...aku ingin menyatu, tapi sekeping hatiku mengatakan ...jangan, nanti kau terluka lagi....

ah, segara, gara...beri lagi aku waktumu...kesempatan kedua untuk bisa masuk kerongga jiwamu yang putih...yakinkan aku bahwa disana ada cinta sejati, seperti yang pernah kau janjikan lebih dari dua dasa warsa...
jangan biarkan kepalaku menggeleng penuh amarah seperti 24 tahun terlewat. bawa aku, gara...bawa aku masuk kerongga jiwamu, sekarang juga...


***

based on true story : H & W

thx untuk kisah hatinya yang mengispirasi

pict by : AJP





12 komentar:

ellysuryani mengatakan...

Begitulah cinta yang berputar pada pusaran awalnya ya mbak. Kisah yang menyentuh.

Kang Sugeng mengatakan...

hmmmm... kisah yg begitu menghanyutkan. Sip...

ernut mengatakan...

medeni...

Sekar Lawu mengatakan...

@Mbak Eli:
cinta sudah seperti lingkaran setan...tak terputus, menerus...

Sekar Lawu mengatakan...

@Ernut:
medeni...? emang suster ngesot...?

Sekar Lawu mengatakan...

@kang sugeng:
menghanyutkan...hmmmm....thx ya...

Mechta mengatakan...

Kisah yg sarat makna,ya mbak. Semoga keluasan hati segara memberi kesempatan renjana untuk menuntaskan cerita dg happy ending di senja hidup mereka....

~Srex~ mengatakan...

tentunya bukan penyesalan yg datang belakangan...bukan itu yang terjadi...semoga.
Tapi kesempatan untuk lebih berdamai dengan nurani yang terselimuti kabut 24 tahun silam, dimana cina menguak takdir, menuntut kepastian kan menyatunya cinta yang tertunda.....

ps; posting sampeyan yang terindah yg pernah kubaca mbak....

Sekar Lawu mengatakan...

@Mechta:
sepertinya begitu, mechta...saat ini pasangan ini sedang menuju kesana...doakan ya...

Sekar Lawu mengatakan...

@Mas Srex:
penyesalan, atau apapun itu sepertinya sudah menjadi bagian sejarah cerita ini...tapi alhamdulillah, saat ini mereka sedang memulai...meskipun, sangat terlambat...
thx apresiasinya...

nietha mengatakan...

kisah nyata ya mbak.. semoga mereka berbahagia dengan cinta nya ya?

Sekar Lawu mengatakan...

@Nietha:
ya Mbak, ini true story...Insya Allah dalam waktu dekat mereka akan dipersatukan..
Thx ya...