Jumat, 13 Agustus 2010

jangan ambil nyawaku




aku seperti masuk di sebuah lorong putih panjang
tak berujung, kecuali sinar itu...
Gusti,
sudah sampaikah saat ku ?
aku tak berdaya dalam diam,
kepala, tangan dan kakiku serasa diikat erat
aku tak berakal
tapi aku bisa merasakan
betapa sepi-dingin dan sendiri
aku tak lagi bisa menyentuh orang-orang yang aku cinta
aku tak lagi bisa mendengar doa yang mereka lantunkan
aku hanya bisa melihat mereka dalam gumam doa dan resah
aku hanya ingin merasakan keikhlasan seperti yang telah kita sepakati
aku pasrah...
aku menyerah...
betapa aku tak berdaya, kerdil dan kecil dalam kuasaMu , Gusti
betapa kesombonganku selama ini menjadi tak berarti lagi
sudah terlambatkah untuk memohonkan maaf, ampunan dan tobatku, Gusti
beri aku kesempatan sekali lagi,
untuk memperbaiki diri
ijinkan aku menjadi diri yang baru yang lebih baik
mohon berikan lagi waktu untuk hamba
bersiap memenuhi panggilan takdirMu, nanti

tapi jangan sekarang, Gusti
aku belum siap
aku mohon,

jangan ambil nyawaku...

jangan sekarang



***

dialog imajiner di sebuah ruang putih
RSDW, Kamis, 12 Agustus 2010, 13.48 WIB


pict by : AJP


4 komentar:

ellysuryani mengatakan...

Catatan yang menyentuh mbak Ayik. Btw, jadi inget novel mbak Titi Said nih.

Sekar Lawu mengatakan...

@ayuk Elly:
saya selalu tersntuh dengan phrasa MBak Titi Said...' jangan ambil nyawaku ', itu mampu membuat saya selalu berpijak membumi dan merasa kecil....seseungguhnya, saya selalau merasa tak pernah siap bila dihadapkan kepada kematian.

tulisan ini salah satu pengalaman batin saya Mbak..

mechta mengatakan...

duh...jadi mrinding... rasanya memang kita ga pernah siap utk pergi ya, mbak...

Sekar Lawu mengatakan...

@mechta:
tidak akan pernah siap...tapi harus siap...hiks....