Minggu, 08 Agustus 2010
satu tahun terakhir
September 2009,
suatu sore di teras sebuah cafe. aku , kau, kita duduk berhadapan....begitu banyak yang ingin kita ucap, namun lidah kelu membuat kita tergugu.....
' yeah sist, begitulah vonisnya....,' begitu ucapmu
'......second opinion, kita masih punya kesempatan bukan...', tanyaku penuh harap
' no sist, dokterku bilang ini sudah stadium tak tertolong,' jawabmu tanpa kau tinggalkan senyum manismu seperti biasanya
'tidak....jangan menyerah, sista....masih ada banyak hal yang bisa kita lakukan...'
'whatever.....aku masih punya harapan, jangan hentikan aku...'
'ya sista, jangan berhenti...persetan dengan vonis itu,' ...ingin aku sobek-sobek kertas bertuliskan maut itu...
April 2010,
aku melihatmu masih bertahan dalam gelombang sakit berkepanjangan....radiasi, kemoterapi...menjadi hal terindah buatmu setelah operasi pertama sejak itu. bahkan Tuhanpun tak bisa menghentikan senyummu, sist....bara semangat masih bersahabat denganmu, denganku...dengan kita
kita habiskan malam-malam sembari berpegangan tangan dalam hangat dan gemetar....wajahmu tirus, pucat tak berdarah...tapi aku yakin, didalam sana masih menyala semangat dan harapan kesembuhan....
sista...ketika luka ditinggalkan tertoreh oleh sakit ragamu....adakah yang bisa merasakan nyerinya lebih dari yang kau duga...?
ayo, kita urai satu-satu....lepaskan dia pergi , mungkin memang ini jalannya, menjauh darimu agar dia tak menambah lagi beban sakitmu...
Agustus 2010,
aku melepasmu pergi kesebuah ruang putih untuk kedua kali....aku mengumpamakan sebagai surga yang tertinggal di bumi....melepasmu dengan senyum dari hati,jiwa dan bibirku....mengikhlaskanmu menjemput cahaya surga yang engkau yakini tengah dijanjikan oleh Tuhanmu....
sista,
jangan berhenti berharap, seperti halnya aku....cahaya itu akan memandumu, selalu...
***
aku memenuhi janjiku, sist
petikan catatan harianmu baru saja aku buka....agar aku bisa mengenangmu dengan indah bila satu saat engkau pergi. sebuah cerita tentang seorang perempuan yang tiba-tiba membenci mentari tembaga... tapi hatimu mencetak birukan sebuah senyum ikhlas penuh maaf untuk lelaki yang sudah membunuhmu sebelum engkau mati....( maafkan aku, sista....mungkin ini kata paling kasar untuk aku menggambarkan lelakimu itu)
aku harus tersenyum menyambut satu hari ketika sebuah dunia berbentuk kotak putih membawamu pergi jauh dariku, begitu pesanmu.....aku tidak bisa berjanji untuk tidak menangis dihari itu, sista.....
***
dan bila aku melepasmu pergi suatu hari nanti, aku pastikan catatan harianmu berada ditangan yang tepat....titipan warisan yang sangat berharga untuk Naomi dan Rayhan.
terima kasih untuk kepercayaan itu, sista
***
bumi sukowati awal Agt'2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar