Selasa, 28 Oktober 2008

Kyai Slamet



Kalau aku menyebut nama Kyai Slamet dengan agak takzim, mohon tidak diartiken sebagai suatu bentuk kultus kepada sesuatu ya, kebetulan saja Bapak mertua aku alias Mbah kakung nya anak2 juga punya asma (nama) Mbah Slamet Hatmopawiro...Nyuwun sewu MBahKung, bukan pula mau menyamakan MbahKung dengan sang kerbau klangenan keraton Surakarta Hadiningrat itu....Hanya kebetulan saja ada yang sama namanya dengan Mbah Kung, kok ndilalahnya ya sang pusaka keraton ini...bentuknya kerbau. Tapi konon, di keraton Kasunanan juga ada sebentuk pusaka berwujud keris yang bernama Kyai Slamet juga...Jadi kita ambil hikmahnya saja, antara nama MbahKung dan nama sang pusaka sama-sama mengandung doa slamet alias keselamatan untuk kita semua...Amin...
(qiqiqi....bahasamu Yik, takut kualat sama mertua ya....?)

Begitulah kawan, orang jawa memang masih sangat kental pada sebuah kepercayaan yang diugemi secara turun temurun. Masih percaya pada kekuatan gaib benda-benda pusaka, baik berujud benda hidup maupun benda mati. Dipelataran Istana Mangkunegaran kemaren, termasuk yang dipamerkan adalah pepundhennya keraton Surakarta Hadiningrat yaitu seekor (memang punya ekor) kerbau yang bernama Kyai Slamet.Ujudnya kerbau berwarna putih agak coklat muda, berbeda dengan warna kulit kerbau pada umumnya yang abu-abu kehitaman. Ini memang kerbau bule, mungkin juga albino, yang jelas kalau versi manusianya pasti cantiknya tak jauh-jauh dari Chincha Lauwra...qiqiqi....
Saat ini karaton masih memiliki sejumlah 11 ekor kerbau pusaka, kandang permanennya ada di kawasan alun-alun Selatan.Sehari-harinya kerbau karaton ini tidak digembalakan, namun dilepas begitu saja, sehingga dia bebas sobo (pergi) kemanapun dia mau, bebas makan apapun yang dia pingin makan. Yang aku tahu,kerbau keraton ini kadang lebih disegani warga kota melebihi kita manusia....Warga rela-rela saja tandurannya disantap sang Kyai, karena menurut kepercayaan mereka, kalau tanduran mereka dikersakne sang Kyai itu artinya berkah...well, bisa dibayangkan kalau tanaman klangenan kita yang berharga mahal misalnya jenmanii atau anthurium tiba-tiba dikunyah sang Kyai...bukan berkah kali' tapi musibah...qiqiqi...
Beberapa waktu lalu aku sempat memergoki sang Kyai asyik makan jajanan langsung dari tampah seorang pedagang lenjongan di dekat pasar Gading. Sang penjual bukannya mengusir, malah dengan takzim membiarkan sang pemamah biak ini menghabiskan gethuk-ketan-klepon dan cenil dagangannya...horokkk...
Bahkan, maap ya, tlethong (kotoran) nya saja malah jadi rebutan karena dipercaya bisa menyembuhkan berbagai macam penyakit dan menyuburkan area pertanian...ada-ada saja...
Aku juga pernah menyaksikan sendiri bagaimana sang Kyai di kombor (di sediakan air minum) berupa sebaskom wedang kopi menjelang kirab satu sura yang start dari keraton...qiqiqi...nggak mau kalah sama kita yang suka ngupi...
Anehnya, konon katanya, kemanapun sang Kyai pergi, pada saat menjelang malam satu sura saat kehadiran sang Kyai Slamet sebagai kerbau pendamping kirab pusaka diperlukan, pasti mereka selalu datang dan hadir di area Keraton Surakarta....katanya...

Syahdan, asal muasal sang kerbau dinamakan Kyai Slamet, dahulu kala setiap kali saatnya pusaka keris Kyai Slamet akan dikirabkan maka harus didampingi oleh sang kerbau bule yang akhirnya dinamakan Kyai Slamet juga. Kerbau bule yang sekarang ada entah sudah generasi yang keberapa dari versi Kyai Slamet kerbau bule asli jaman keraton Kasunanan tempo dulu...

Gambar diatas adalah penampakan dari sang Kyai Slamet kerbau pujaan orang solo itu...Ada yang berminat untuk berkenalan ? atau ada yang mau pesen tlethong nya ?

13 komentar:

Anonim mengatakan...

Mbak... aku pesen tlethonge wae. Buat pupuk tanaman di rumah, biar tanamannya jadi subur dan buahnya maknyussss he.he.he.

KreAsisa mengatakan...

wah aku belom pernah liat secara langsung kerbau bule..ternyata yg bernuansa bule lebih disegani ..

Anonim mengatakan...

wow ini kiai slamet yang sampai dikramatkan tlethongnya itu to?

lha kemarin solae saya juga ketemu sama kiai sluman slumun slamet dai malang itu je....

Ayik dan Ernut mengatakan...

(ernut)
lho...lho kyai slamet sudah pulang dar mbulan to??

Linda Rooroh mengatakan...

hallaahhh.. ada2 aja yaa, bahagia bener tuh kyai slamet bebas memamah biak apa saja.... padahal kalo diistimewakan cuman karna albino-nya rasanya di tapos sana juga banyak...qiqiqi...

Anonim mengatakan...

baru tahu wajah sang kyai slamet , di sini banyak mbak kebo2, tapi nggak ada yang bener2 oink warnanya spt di atas

Anonim mengatakan...

...kalau reinkarnasi nanti, aku mau jadi 'Kyiai Slamet' saja ah...enak !! bisa makan dan minum gratis...dan bisa nlethong dimana-mana....he..he..he

Sekar Lawu mengatakan...

@Erik: kalau buat pupuk masih masuik akal, kalau yang buat obat itu Lho Rik...apa nggak nggilanik kalau si sakit harus ditemlpoki tlethong di mbun2an nya, sudah nggak higinis, bauk lagee....

@astra:secara, Cintha Lawra pun lebih diperhitungkan daripada yang aslee indonesah mbak...

@nDoroSeten: apa kyai Sluman-Slumun Slamet van Malang juga memproduksi tlethong, Ndoro...?qiqiqi....

@Ernut: kebo bule sobo kebon=kyai slamet. Pitik walik sobo kebon, apa Nut jawabnya ?

@linda:kalau ada yang mau ngasih aku satu kebo albino saja, akan aku berdayakan, dengen membuatnya sebagai kerbau sakti keturunan kyai slamet. Yang mau ngelus2 harus mbayar, tlethong di kemas trus dijual...bagaimana ideku, Lin ?

@Ely: holohhh...aku kira di kampung jeng Ely semua kerbau bahkan bule jugak seperti orangnya....

@Djoko:kalau reinkarnasi nanti aku nggak mau jadi kyai slamet ah...mauku jadi luna maya sajah...

Anonim mengatakan...

Saya pernah di-sundhang Kyai Slamet waktu melu rubung-rubung nonton kirab tengah malam. Sempat lecet-lecet di tangan... Untung nggak apa-apa, cuma lecet saja..
Slamet...slamet...

dyahsuminar mengatakan...

oh ya ??? wah kok sampai sebegitunya ya...saya yang dekat belum pernah melihat Kyai Slamet,..yang menurut saya ...ya cuma kerbau dengan kelainan pigmen kali ya..tapi memang saat ini jumlahnya langka..

Sekar Lawu mengatakan...

@andyMse: lha kok pengalaman kita hampir sama, Mas. Tahun 2004 saya pernah hampir disundang sang kyai tepat di depan sri manganti, kata orang2 gara2 (kebetulan0 saya pakai jaket merah...(hubungannya ?), jaket merah menarik hati kebo 'kalee, seperti matador juga suka bawa kain merah buat 'merangsang' penglihatan banteng...
Tapi hikmahnya, saya diamankan bbrp abdi dalem sampai depan pintu sri manganti dan bisa bersalaman dengan Gus Dur...qiqiqi...deg2an membawa berkah...

@bundaDS:begitulah Bun orang jawa (baca Solo) suka banget sama yang namanya mytos...Dan mytos begini akan terus hidup sampai kapan tahu...

astrid savitri mengatakan...

wah, selera bule ternyata enggak cuma di sinteron aja ya :) tp saya udh kenalan kok sama Kyai Londo itu, minta foto bareng..cm tanda tangan aja yg gak punya, hehe...


btw; sy pernah komen di blok ayik & Ernut (dua kribo) tp kok ditolak ya??? apa salah saya, hiks!

Sekar Lawu mengatakan...

@astrid: masya siiih....tapi koment yang ini sudah bisa masuk kan Trid....

Lha ya itu yang mau aku bilang, bukan cuma manusia bule (di indonesia) yang lebih diperhitungkan , bahkan kebo bule jugak mendapat perhatian lebih...emang kenapa sih kalo bule...? (HuH...lho, kok aku sewot dewe yaa...qiqiqi)

Salam buat Sekar dan kakaknya ya...