Jumat, 22 Mei 2009

Mega, kakak yang tak pernah kutemui


Wajah Mas Mega, foto dibuat 1 minggu sebelum kepergiannya...
Lihat, tangannya melambai, pertanda ia segera pergi



Bapak dan Ibu bersama Mas Mega, anak lelaki yang dibanggakannya...


Sepanjang umurku aku dibesarkan sebagai anak tunggal dari Bapak Ibuku...Namun sejatinya aku bukan anak tunggal adalam artian ontang-anting (jawa : anak yang dilahirkan tunggal), karena Ibu saya sebelumnya pernah melahirkan seorang bayi laki-laki yang sayangnya umurnya tidak panjang. Dia adalah kakak saya, namanya Mega Adityawarman.
Lahir di Magelang, 2 Mei 1964, 1 tahun setelah pernikahan Bapak dan ibu. Mas Mega tumbuh menjadi bayi yang menggemaskan, bisa dilihat dari foto-fotonya...namun sayang, Allah berkehendak lain, setahun umurnya, tepatnya 30 Mei 1965 Allah mengambilnya kembali kepangkuaNya, setelah sehari semalam bayi Mas mega didera dehidrasi karena muntaber...Sesal berkepanjangan dan kecewa mendera hati kedua orang tua saya tercinta ketika bayi Mega yang menggemaskan direnggut paksa dari pangkuan mereka...namun takdir tak bisa dihindari...akhirnya Bapak dan ibu saya harus mengikhlaskan kepergian putra mereka tercinta.

Tak lama kemudian, Allah kembali menitipkan nyawa dirahim Ibu saya, dan tahun berikutnya lahirlah saya...Setelah kelahiran saya, Ibu saya dua kali mengalami hamil namun berakhir dengan keguguran...walhasil, Bapak dan ibu akhirnya harus puas dengan hanya bisa mengasuh saya sebagai putri tunggalnya sampai sekarang...

Sebagai anak tunggal kadang saya merasa kesepian juga. Melihat bagaimana hangatnya hubungan teman-teman dengan saudara-saudara , kakak dan adiknya, seringkali membuat saya iri dan kepengin sekali punya saudara seperti mereka. Ada yang belain kalau ada yang nakal, ada yang bantuin kalau kita lagi membutuhkan....Apalagi saya dikelilingi keluarga besar dari pihak Bapak (14 bersaudara) dan dari Ibu (10 bersaudara)...

Sangking kepenginnya punya kakak, ketika saya duduk di bangku SMP, saya nekat mencari bentuk kakak imajiner dalam angan saya...Saya mencoba mencitrakan "sebentuk" kakak dengan basic Mas Mega, almarhum...dalam bayangan saya, kakak saya itu cakep banget, berkulit bersih, berbadan tegap tinggi besar, seperti Bapak saya...
Malam-malam, saya menulis di diary saya, saya bayangkan saya lagi bercerita segala hal kepada Mas Mega...padahal melihat ujudnya pun saya belum pernah...lha kok mencoba-coba membayangkan wajahnya...qiqiqi...tapi yang saya rasakan, ketika saya meyakini ada sosok kakak laki-laki saya didekat saya, kok hati saya merasa tenang dan tenteram...halaah.....

Tapi yang ini memang nyata, satu malam saya pernah bermimpi didatangi oleh sosok laki-laki yang saya yakini itu adalah Mas Mega, mimpi ini saya abadikan dalam sebuah puisi di diary saya...So sweet yaa...begitu rindunya saya kepada sosok kakak...


Ini puisi yang saya buat tahun 1988

ketika aku berdiri satu hari
terasa ada yang datang
mengetuk hati
mengelus rambut rapuhku
merengkuhku
dan menenggelamkan wajahku didadanya
dalam-dalam
jemarinya yang kuyup,
tak lagi terasa kaku
tapi aku tahu, ia telah membeku
setidaknya, buatku

pro: mega adityawatman
di 30 Mei, ditahun kedukaan kami

Tahun 1990 an di TVRI ada tayangan drama televisi " Jendela Rumah Kita" saya mencoba membentuk citra Mas Mega laksana sosok Jojo yang diperankan oleh Dede Jusuf...qiqiqi...nekat banget ya..., saya lantas mengidolakan Dede Jusuf...Parah banget dah...



pernah jadi idola saya...., sekarang wagub Jabar...


Nah, kemaren dalam kunjungan singkat saya ke Magelang, saya sempatkan untuk nyekar ke makam kakak saya tercinta, kakak yang tak pernah saya jumpai....Mega Adityawarman...Saya bawa anak-anak ke makam almarhum pakdhenya, saya ajak mereka berdoa untuk almarhum Pakdhe Mega...

Mas, semoga Allah menempatkanmu dalam ketenangan di sisiNya.
Aku tahu, engkau senantiasa ada
buat aku...



makamnya tak terawat...hkhkhk...hkhkhk...

Karin & Aizs, berdoa untuk almarhum Pakdhe Mega...



( Note: malamnya setelah paginya kami nyekar, saya bermimpi didatangi oleh sosok yang saya yakini Mas Mega...sayangnya wajahnya sungguh tak jelas sehingga saya tak bisa mengenalinya...tapi itu bukan wajah Dede Jusuf, tentunya....)

Posting ini didedikasikan untuk Mas Mega, kakak yang tak pernah aku jumpa...


7 komentar:

Anonim mengatakan...

Tulisannya benar-benar menyentuh hati. Mbak, Mas Mega pasti selalu memandang mbak dari syurga...

ernut mengatakan...

mengharukan

Sekar Lawu mengatakan...

@Soeryani:
Saya juga berkayakinan begitu Mbak....Amin doanya...

@Ernut:
nulis ini sambil mingsek-mingsek...BTW,Nut...ingat nggak kamu & Tatiet pernah nyekar ke makam Mas Mega...?

ernut mengatakan...

inget dong, khan ono fotone aku nyekel sapu!

Sekar Lawu mengatakan...

@ernut: horokkk...oh iya yaa...Toss Nut!

Tuti Nonka mengatakan...

Saya juga punya dua kakak yang tidak pernah saya kenal, karena keduanya meninggal jauuuh sebelum saya lahir. Keduaya meninggal karena sakit panas. Maklum, dulu masih zaman Jepang, jadi pengobatan sangat sulit diperoleh. Tapi saya tidak merasa kehilangan kedua kakak tersebut, karena masih punya 6 kakak yang lain (wuaah ... ibu saya rajin melahirkan ya ... qiqiqi ... )

Dede Yusuf? Wah, kalau saya mah bukan membayangkan dia jadi kakak saya, tapi membayangkan dia sebagai pacar saya (wakakakak!!).

Semoga Mas Mega mendapatkan tempat terbaik di sisiNya. Saya yakin, ia pasti bangga melihat adiknya sudah jadi ratu bloger yang ayu dan kemayu ...

Sekar Lawu mengatakan...

@TutiNonka;
halaah...bayangin jadi kakaknya aja sudah jelas khayalan tingkat tinggi...apalagi jadi pacarnya...wah...nggeblag sebelum mimpi tuh Mbak...qiqiqi