(ayik's post)
Judul diatas jangan dibaca sebagai kalimat seru seakan2 kita mengusir kucing garong yang nggondhol bawal goreng kemaren. Karena go kucing adalah sebuah kata simpel buat menyebut ragam kuliner ndesa yang dirindukan oleh komunitas urban yang tak lagi tinggal di sekitaran solo-yogya. Kenapa ? go kucing alias sega kucing sudah dimaklumi sebagai kuliner kelas akarrumput khas kota solo dan yogya. Kalau kota2 lain mengklaim diri bahwa go kucing ini merupakan makanan khas daerahnya ya wiss...ndhak apa-apa....konco dhewe...wekekek.
Mengamini special request kawan Ernut yang kini menjadi orang kota yang katanya rindu sego kucing, maka inilah postingku khusus sego kucing. Kenapa disebutnya sego kucing, secara komposisinya adalah seporsi nasi dengan lauk secuil ( baca secuwil) bandeng goreng dan sesendok kecil sambal lombok goreng. Sudah !Kan mengingatkan kita kalau harus makani kucing piaraan kita dengan menu nasi diremeti gereh.....
Cuma itu ? kuliner ini bersahaja sekali kan secara tampilan dan rasanya. Sangking minimalisnya kadang kami iseng menyebutnya sego sambel kecipratan bandeng atau dibalik, sego bandeng kecipratan sambel. Dan umumnya bukan cuma hal ikhwal rasa dan penampilannya yang minimalis, tapi juga porsinya, minimalis abis. Ditanggung tak cukup bila hanya seporsi, paling tidak ya...harus imbuh lagi barang dua bungkus, barulah datang rasa waregnya, dan lagi harganya juga minimalis abis kok, 750 perak perbungkusnya.Wakakak.....
Lha, tapi ini merupakan menu wajib pada setiap kunjungan wedangan ke hik dimanapun lokasinya, bisa di Bladhu atawa di Yatno Mbonjot. Pokoke, belum di sah ken sebagai aktivitas wedangan kalau belum nyaut sebungkus go kucing ini. Sehingga timbul pameo "belum wedangan kalau tanpa go kuciang...."Halaahh.....
Badahal, gereh atau bandeng goreng di rumah keler-keler nggak tersentuh meskipun sudah didampingi sambel nyamleng...teuteup aja kalau hasrat wedangan datang ya ini master piece nya: SEGO KUCING ! Hidup sego kucing !
Tidak ada komentar:
Posting Komentar