Rabu, 18 Juni 2008
Mambu Kraton
Ini masih tentang memory jaman cilik. Kami sekeluarga mulai menempati rumah kedunglumbu sejak tahun 1974 ketika umurku masih 8 tahun kelas II SDN 17 Slompretan ketika itu kami mengikuti kepindahan kerja Bapak dari YonKav 2 Serbu Magelang ke Kodim Karanganyar. Rumah kami letaknya tak jauh dari Kraton Kasunanan. Tepatnya di sebelah wetan tembok alun2 utara, sekarang ada di selatan Beteng Trade Centre.
Yang masih aku ingat betul, seminggu setelah kepindahan kami, oleh Ibu aku langsung diikutkan les menari di kraton, latihannya seminggu 2 kali di pagelaran kraton. Pelatihnya namanya masih ku ingat, Mbak Menik, konon dia adalah salah satu gadis terpilih yang tergabung dalam kelompok bedhaya (penari keraton). Jadi aku bersama teman2 sebaya yang jumlahnya mulur-mungkret, kadang2 ada 30 orang yang datang berlatih, tapi kadang2 yang datang gak sampai 10 orang ,selalu berlatih menari dengan riang gembira. Sesekali latihan kami juga disaksiken oleh putra-putri Nan Dalem sebutan takzim kami untuk Sinuwun. Tak hanya menari, kami juga diajari tatacara adab keraton, bagaimana cara berbahasa jawa kromo inggil, bagaimana cara menyembah sinuwun, bagaimana adab berbicara yang sopan dsb-dsb. Buat aku seperti yang aku rasakan sekarang, apa yang pernah aku dapatken waktu itu turut membentuk kepribadianku sebagai putri jawa (solo) yang sebenarnya...yang meskipun karena arus globalisasi ada sebagian yang meluntur, namun sesungguhnya pengaruh dari apa yang aku dapat jaman cilikanku masih tersisa tertanam daleemmmm dihati.
Ada beberapa peristiwa yang aku gak mungkin lupa berkaitan dengan area keraton waktu itu. Ceritanya begini, di belakang pagelaran keraton ada beberapa meriam belanda yang masih dipelihara dengan baik, setiap hari tertentu dibawah meriam itu selalu diberikan sesajen jangkep, seperti jajan pasar lengkap dengan ubo rampenya. Nah aku punya teman yang usilnya bukan maen, suatu hari si Ceplus ini iseng bawa pulang 4 telur ayam kampung yang dia comot dari sajen Nyai & Kyai Setomi-nama meriam pusaka itu. Dan apa yang terjadi ? sampai dirumahnya di Palugunan, temanku Ceplus ini terkapar dan kesurupan minta dianter balik lagi ke pagelaran....Maka gegerlah keluarganya, lantas dibawalah Ceplus kembali ke pagelaran, sampai di sana dan digarap oleh abdi dalem juru kunci barulah Ceplus sadar dan kembali normal. Usut punya usut, ternyata Ceplus sudah iseng nyolong telur sajen. Walahhh..., dan ini jadi penginget2 untuk kami teman2 nya untuk jangan berani2 menganggu lagi jatah sajen para pusaka penghuni keraton.
Kali lain, temanku Ujik yang semaput kesurupan karena nekat naik ke paseban. Yang mana di area paseban ini memang ada krobongan yang pintunya selalu tertutup rapat, nah Ujik nekat naik ke area terlarang ini, tahu2 dia lari2 muter tak terkendali mengelilingi paseban berwarna putih ini, kami pikir sih memang Ujik sengaja berlarian iseng, ternyata dia dalam keadaan tak sadar...untung datang juru kunci dan kemudian cepat "menjinakkan" si Ujik ini. Sejak peristiwa itu, Ujik tak pernah lagi ikut berlatih menari bersama kami.
Berkaitan dengan beberapa peristiwa magis itu, tak henti2nya Ibu & Bapak mewanti2 aku untuk tidak kaduk wani kurang duga ketika berada di area keraton. Mungkin karena Bapak-ibu tahu betul bahwa putrinya ini suka pecicilan dan nyil-nyilan. Untung aku belum pernah mengalami peristiwa2 aneh seperti itu....
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar